Berikut diantaranya berdasarkan data Bloomberg, Senin (15/7/2024).
- Barito Renewables Energy (BREN) menekan 15,18 poin
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 11,54 poin
- Telkom Indonesia (TLKM) menekan 6,86 poin
- Bank Mandiri (BMRI) menekan 6,68 poin
- Bayan Resources (BYAN) menekan 5,55 poin
- Amman Mineral Internasional (AMMN) menekan 3,78 poin
- Astra International (ASII) menekan 3,09 poin
- Merdeka Copper Gold (MDKA) menekan 2,41 poin
- Bank Central Asia (BBCA) menekan 1,64 poin
- Barito Pacific (BRPT) menekan 1,58 poin
Disusul oleh pelemahan saham konsumen non primer, PT Intra Golflink Resorts Tbk (GOLF) yang melemah sedalam 5,22% ke Rp218/saham, saham PT Mahaka Media Tbk (ABBA) anjlok 4,01% ke Rp24/saham, dan saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang ambles 3,61% ke Rp1.335/saham.
Adapun saham-saham sektor energi juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) drop 3,28% ke posisi Rp472/saham, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) anjlok 3,17% ke Rp1.220/saham, dan saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga terjebak di zona merah dengan drop 2,28% ke posisi Rp1.285/saham.
Sentimen penekan pada perdagangan hari ini juga datang dari global. Pasar saham di Asia, berfluktuasi sepanjang hari, setelah percobaan pembunuhan Donald Trump. Insiden ini semakin memperkuat spekulasi bahwa peluangnya untuk memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada November kian meningkat.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, upaya pembunuhan terhadap Trump yang gagal itu dinilai melejitkan peluangnya menuju Gedung Putih. Pasar juga akan bereaksi terhadap membesarnya peluang tersebut dengan memburu aset-aset yang masuk dalam kategori Safe Haven seperti dolar AS.
Ditambahlagi, dukungan Trump terhadap kebijakan fiskal yang lebih longgar dan tarif yang lebih tinggi umumnya dianggap akan menguntungkan dolar dan melemahkan Treasury.
“Pasar secara alami akan waspada terhadap potensi serangan berulang yang mirip seperti ini,” kata Neil Jones, Trader Valuta Asing TJM di Eropa.
Penguatan lagi dolar AS di pasar global otomatis akan menekan pergerakan mata uang lawannya, termasuk rupiah, yang hasilnya menyeret IHSG ke zona merah. Potensi lonjakan lagi imbal hasil Treasury, akan membuat pamor aset Emerging Market surut.
"Upaya pembunuhan ini mengingatkan investor bahwa selalu ada potensi ketidakpastian yang dapat mempengaruhi pasar," kata Stephen Solaka, salah satu pendiri Belmont Capital Group.
(fad/ain)