Para investor khawatir bahwa rencana Trump untuk memangkas pajak dan menaikkan tarif, jika terpilih, dapat memicu inflasi dan mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat lebih lama.
Menurut Sumitomo Mitsui Banking Corp, kebijakan proteksionis mantan presiden ini juga dapat menjadi hambatan bagi keuangan eksternal negara-negara berkembang.
"Ada banyak kehati-hatian di pasar saat ini," ujar Fiona Lim, pakar strategi mata uang senior di Malayan Banking Bhd.
"Kebijakan-kebijakan Trump bersifat inflasi dan kembalinya performa ekonomi AS yang lebih baik dan tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama berpotensi menenggelamkan mata uang negara-negara berkembang sekali lagi."
Pasar-pasar negara berkembang telah diuntungkan oleh meningkatnya peluang pelonggaran moneter di seluruh dunia karena inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda.
Indeks mata uang negara berkembang naik sekitar 1,5% dari level terendah lima bulan di April, sementara indeks obligasi mata uang lokal yang dilindung nilai dalam dolar tampaknya akan mengalami kenaikan bulanan ketiga.
Semua keuntungan tersebut dapat berisiko karena para pedagang harus waspada terhadap dominasi dolar selama masa kepemimpinan Trump, ketika mata uang seperti yuan China dan peso Meksiko berada di bawah tekanan setelah Trump memberlakukan tarif yang lebih tinggi.
"Kebijakan Trump cenderung lebih proteksionis terhadap negara-negara lain dan dapat menyebabkan hambatan bagi para eksportir," kata Jeff Ng, kepala strategi makro Asia di Sumitomo. "Hal ini sangat penting bagi negara-negara pengekspor di Asia. Risiko terhadap saldo rekening giro dapat merugikan mata uang."
(bbn)