Logo Bloomberg Technoz

Ueda memiliki kesempatan untuk memberikan petunjuk tentang niatnya untuk mengubah kebijakan pada pengarahan pertamanya sebagai gubernur, setelah pertemuan yang diantisipasi dengan Perdana Menteri Fumio Kishida. 

Selama proses konfirmasinya, Ueda mengatakan pelonggaran moneter perlu dilakukan, hal ini menarik perhatian pasar terkait kapan dia akan menyesuaikan program kontrol kurva imbal hasil bank sehingga efek kebijakan yang diambil oleh BoJ tidak terlalu berisiko untuk pasar.

Sebagai akademisi pertama yang memimpin lembaga berusia 140 tahun itu, Ueda sejauh ini bersikap netral terhadap kebijakan moneter, tidak seperti Kuroda yang memulai masa jabatannya pada 2013 dengan janji yang jelas untuk meningkatkan stimulus.

Dalam audiensi parlemen pertamanya untuk konfirmasi pada bulan Februari, Ueda mengatakan tanggung jawab terbesarnya adalah membuat keputusan yang tepat pada waktu yang tepat untuk kebijakan yang diperlukan, apakah itu perubahan menuju normalisasi atau melanjutkan stimulus.

“Jika saya ditunjuk sebagai gubernur BoJ, misi saya bukanlah untuk menghasilkan semacam kebijakan moneter khusus yang ajaib,” kata Ueda pada 24 Februari.

Imbal hasil surat berharga Bank of Japan

Pria berusia 71 tahun itu dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan pertamanya antara 27-28 April. Terutama karena meningkatnya tanda-tanda penurunan fungsi pasar keuangan, sebagian besar pengamat BOJ mengharapkan semacam pengetatan kebijakan pada bulan Juni, menurut survei Bloomberg yang diterbitkan awal bulan lalu.

Mereka yang telah mengenal Ueda dengan baik selama beberapa dekade — termasuk Kuroda — mengatakan bahwa Ueda adalah pilihan yang tepat untuk menjadi gubernur, dengan latar belakang akademis dan pengalaman praktisnya sebagai mantan anggota dewan BoJ sekitar awal tahun 2000-an. Sekitar 94% ekonom mengatakan Ueda adalah pilihan yang tepat, atau kurang lebih pilihan yang baik, dalam jajak pendapat Bloomberg baru-baru ini.

Ueda meraih gelar doktor dari Institut Teknologi Massachusetts setelah lulus dari Universitas Tokyo, dan dijuluki Ben Bernanke Jepang oleh mantan Menteri Keuangan Larry Summers. Ueda adalah satu lagi dalam daftar kepala bank sentral yang merupakan lulusan sekolah ekonomi Stanley Fischer, menambahkan namanya di samping Bernanke dan Mario Draghi.

Pada usia 46 tahun, Ueda menjadi anggota dewan BOJ pada tahun 1998, dan menjabat selama tujuh tahun. Selama masa jabatannya, Jepang berjuang dengan dampak krisis keuangan dan deflasinya sendiri. Ueda adalah “pilar yang memastikan teori kami bukan hanya kue di langit,” kata Gubernur Toshihiko Fukui pada pertemuan perpisahan Ueda.

Saat ini Ueda akan menangani ekonomi Jepang yang masih di bawah tingkat pra-pandemi, dan menghadapi risiko perlambatan global yang membuat pemulihan semakin lambat. Dinamika inflasi telah menunjukkan tanda-tanda pergeseran yang meningkat karena bisnis membebankan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen dengan laju tercepat dalam beberapa dekade, dan memutuskan untuk menaikkan upah paling banyak sejak awal 1990-an.

Sebagai seorang profesor di Universitas Tokyo, Ueda dikenal oleh para muridnya memiliki kemampuan membaca rumus matematika secepat dia membaca kalimat, dan langsung menemukan kekurangannya, menurut Takuya Nakaizumi, seorang mahasiswa pertama dalam kelompok seminar Ueda di Universitas Tokyo.

Nakaizumi mengak terkesan dengan Ueda, memperkenalkannya sebagai 'gubernur BOJ masa depan' kepada ibunya pada upacara pernikahannya pada tahun 2005. Nakaizumi saat ini adalah profesor ekonomi di Universitas Kanto Gakuin di Jepang tengah.

“Ueda adalah seorang ekonom yang sangat langka yang sepenuhnya mampu membuat proyeksi ekonomi yang akurat, sekaligus memahami teori ekonomi secara menyeluruh,” kata Nakaizumi. “Dia menghargai teori termasuk batasannya, jadi dia tidak terobsesi dengan teori tertentu.”

Di luar ruang kelas, Ueda, seorang pecinta wine, kadang-kadang minum bersama para siswa dan ikut berkaraoke, kenang Nakaizumi. Ueda pandai menyanyi dan lagu favoritnya adalah lagu tahun 80-an berjudul "Pink Sigh" oleh penyanyi Jepang Mariko Takahashi, katanya.

(bbn)

No more pages