Logo Bloomberg Technoz

Akan tetapi, yang terjadi pada Ahad kemarin jauh dari kenormalan dan menghadapkan pelaku pasar pada risiko baru yang tak terduga. Bersikap defensif dengan merapat pada aset-aset yang dianggap paling tidak berisiko kala situasi guncangan, safe haven, menjadi pilihan lazim.

“Pasar secara alami akan waspada terhadap potensi serangan berulang yang mirip seperti ini,” kata Neil Jones, pedagang valuta asing TJM di Eropa, dilansir oleh Bloomberg News, Ahad malam (14/3/2024). "Saya memperkirakan dolar akan dibuka menguat secara keseluruhan, yang merupakan reaksi awal terhadap peningkatan risiko serta persepsi bahwa popularitas Trump akan meningkat."

Penguatan lagi dolar AS di pasar global otomatis akan menekan pergerakan mata uang lawannya, termasuk rupiah. Potensi lonjakan lagi imbal hasil Treasury, akan membuat pamor aset emerging market terkikis meski mungkin dalam jangka pendek saja.

Ketidakpastian fiskal

Rupiah pada pekan lalu ditutup menguat dan memecahkan rekor reli kenaikan selama delapan hari berturut-turut, terpanjang sejak 2016 silam. Rupiah terutama disokong oleh sentimen pasar global yang semakin optimistis Federal Reserve akan memangkas bunga acuan tahun ini bahkan sampai tiga kali. 

Keyakinan itu didasari oleh data deflasi Indeks Harga Konsumen AS pada Juni ketika tingkat pengangguran melejit ke 4,1%. Meski data inflasi Indeks Harga Produsen mencatat kenaikan melampaui ekspektasi pasar, optimisme pasar malah makin kuat. Probabilitas penurunan Fed fund rate pada September mencapai 90,3%, lalu penurunan kedua pada November berpeluang hingga 56,3% dan ketiga kali pada Desember dengan kemungkinan mencapai 50,6%.

Hanya saja, dari dalam negeri rupiah masih terbebani oleh sinyal berbeda yang diperlihatkan oleh orang-orang di belakang Presiden terpilih Prabowo Subianto terkait arah kebijakan fiskal nanti. Sinyal perbedaan pendapat itu membuat pasar jadi waspada.

"Investor mungkin tidak yakin dengan perubahan haluan tersebut. Ketidakpastian mengenai rencana fiskal akan membebani pikiran investor dalam beberapa bulan mendatang," komentar Alex Loo, Strategist di TD yang memperkirakan nilai rupiah akan tertahan di Rp16.350/US$ pada akhir kuartal ini, dilansir dari Bloomberg News.

Simpang siur informasi di mana saling bantah terjadi di internal tim di belakang Prabowo, pada akhirnya memaksa pasar bersiap-siap dengan asumsi bahwa rencana mengerek rasio utang ke 50% itu adalah kebijakan resmi pemerintahan baru kelak.

 "Walaupun rencana tersebut dibantah oleh Satgas Sinkronisasi [Sufmi Dasco], pernyataan [Hashim] itu kami anggap sebagai sikap resmi pemerintah terpilih mulai 2026 setelah revisi UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara di 2025. Kami memprediksi defisit fiskal 2026-2029 akan mencapai -4% hingga -5% terhadap PDB per tahun," kata Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah hari ini dengan koreksi terbatas di antara area Rp16.150-Rp16.180/US$, dengan support terkuat Rp16.200/US$.

Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp16.100/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp16.070/US$.

Adapun dalam sepekan, atau seminggu perdagangan, selama nilai rupiah bertengger di atas Rp16.140/US$, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah.

Namun sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga di bawah Rp16.110/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term) maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp16.050/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Senin 15 Juli 2024 (Riset Bloomberg Technoz)
                                    

(rui)

No more pages