“Seru ya, biasanya anak kecil itu sukanya serba baru,” katanya.
Pada tahun ini, Anisa mengatakan dirinya menyediakan uang tunai sebesar Rp 1,5 juta. “Enggak banyak sih, Rp 1,5 juta. [Pecahan uang] yang Rp 5.000 dan Rp 10.000 saja.”
Warga lainnya, Anton, 36, memilih untuk menukarkan pecahan Rp 10.000 dan Rp 20.000 untuk dibagikan ke sanak saudara. Ia membawa total uang sekitar Rp 10 juta untuk ditukarkan jadi uang baru. Baginya, momen ini tidak boleh disia-siakan.
“Sebagai muslim, Hari Raya ini kan pasti dikaitkan dengan hal yang baru, gitu, ya. Memulai kehidupan yang baru. Mulai dari baju baru, mungkin juga, ya sampai duit ini,” ujarnya seraya terkekeh.
Uang kertas pecahan kecil
Umumnya masyarakat yang menukarkan uang tunai ini membutuhkan uang kertas pecahan kecil, kata Marlison Hakim, Kepala Departemen Pengelolaan Keuangan BI kepada wartawan di lokasi penukaran di GBK itu, Minggu.
Menurut Marlison, untuk uang pecahan besar sendiri biasanya masyarakat langsung menukarkannya ke bank. Adapun sarana bagi uang pecahan besar lebih beragam, mulai dari ATM hingga perbankan elektronik atau e-banking.
“Pecahan besar itu banyak terminal elektroniknya. Kalau pecahan kecil tidak. Pemerataan,” ujarnya.
Dalam rangka menyambut Hari Raya Idulfitri nanti, BI menyiapkan uang kertas berbentuk pecahan terbaru sebesar Rp 195 triliun.
Per Kamis (6/4/2023) kemarin, dana tersebut telah ditukarkan oleh masyarakat sebesar Rp 85 triliun atau sekitar 44% dari jumlah dana yang disiapkan.
Selain itu, BI juga telah menyiapkan 5.066 titik yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia guna memudahkan masyarakat untuk dapat menukarkan uangnya.
(ibn/ggq)