Logo Bloomberg Technoz

“Mereka kirim narkoba dalam bentuk siap edar dari Aceh, Riau, Batam, Jambi, nanti ujungnya di Lampung, penyeberangan antara Pulau Sumatera dan Jawa. Di Kalimantan pun demikian, dari Entikong sampai Kaltara, yaitu di Sebatik,” ujar Mukti.

Namun, praktek penyelundupan narkoba ini ternyata semakin sulit karena terjadi pengetatan pemeriksaan dan pengawasan pada wilayah perbatasan. Berulang kali kepolisian, BNN, dan Bea Cukai berhasil menangkap dan menyita narkoba dari sejumlah pelaku atau kurir.

Hal ini, kata Mukti, yang kemudian menumbuhkan kembali tren pembangunan pabrik narkoba di Indonesia. Para bandar dan mafia narkoba hanya mengirim bahan baku atau bahan mentah untuk masuk ke Indonesia dan diproduksi pada Clandestine Lab.

Bareskrim Polri awalnya menemukan tiga pabrik atau laboratorium narkoba rahasia di Semarang, Jawa Tengah, pada April 2024. Laboratorium itu memproduksi sabu-sabu dan happy water.

Pada periode yang sama, Bareskrim Polri kemudian menemukan lokasi pabrik narkoba milik jaringan Fredy Pratama di Sunter, Jakarta Utara. Pabrik ini mampu menghasilkan pil ekstasi sebanyak 300 ribu butir per bulan.

Bareskrim kemudian menggerebek laboratorium narkoba rahasia di wilayah Bali, yang dikendalikan dua warga negara asing asal Ukraina, Mei 2024.

Pertengahan Juni lalu, Bareskrim kembali menggerebek keberadaan laboratorium narkoba yang dijalankan pasangan suami istri di Medan, Sumatera Utara. Clandestine Lab ini mampu memproduksi 314 ribu butir ekstasi per bulan.

Kasus terbaru, pekan lalu, polisi membongkat pabrik narkoba berkedok kantor event organizer di Malang, Jawa Timur. Clandestine Lab ini memproduksi sejumlah narkoba, termasuk ganja sintetis. Barang bukti yang diamankan 1,2 ton ganja sintetis siap edar dan bahan baku setara 2 ton yang siap diproduksi.

(red/frg)

No more pages