"Jadi, tidak bisa, memprediksi satu-dua bulan ke depan kita akan terus memantau ke prediksi cuaca dampak per hari atau minggu dan apa yang terjadi belahan sana, tentu akan berdampak tapi sekali lagi situasi saat ini akan juga warnai atau pengaruhi oleh situasi alam habitat, ekosistem di negara itu sendiri," ujarnya.
Lebih lanjut, Dicky menjelaskan dampak dari perubahan iklim memang dalam artian pemanasan global ini memang memicu anomali, atau memanjangnya periode-peride kekeringan atau panas.
Dan ini juga yang antara lain terjadi dalam fenomena el nino terutama akibat penurunan curah hujan kekeringan yang juga akhirnya berdampak pada potensi kebakaran hutan.
"Atau berkurangnya sumber air bersih, waduk, sumber mata air lainnya, ini tentu akan berdampak pada pola epidemiologi atau tren sebaran penyakit khususnya penyakit menular yang sangat sensitif perubahan cuaca," jelasnya.
Penyakit yang dimaksud Dicky ini adalah nyamuk, atau penyakit yang disebarkan frektor nyamuk. "Apakah itu malaria, demam berdarah, termasuk Zika virus , termasuk penyakit dengan ketersediaan air bersih. Misalnya, kolera, atau diare dan tentu ini juga berkaitan penyakit akibat memburuk kulitas udara dengan polusinya akibat kebakaran hutan juga. Dan ini artinya ada infeksi saluran napas,"katanya.
(dec/spt)