Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah menguat di awal transaksi pasar spot hari ini, terdongkrak euforia pasar global yang semakin melejit pasca Amerika Serikat tak terduga mencatat deflasi pada Juni.
Rupiah menguat ke Rp16.140/US$, setara dengan kenaikan nilai 0,35% dibanding posisi penutupan hari sebelumnya. Penguatan rupiah berlangsung di tengah pergerakan valuta Asia yang cenderung bervariasi.
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan dengan target potensial terdekat menuju Rp16.140/US$ hingga mencapai Rp16.100/US$.
Rupiah menguat di belakang ringgit Malaysia yang mencatat kenaikan nilai hingga 0,37%, disusul oleh dolar Taiwan dan dong Vietnam masing-masing 0,07% dan 0,03%.
Sementara beberapa mata uang Asia lain yang tadi pagi dibuka menguat kini berbalik melemah seperti yuan Tiongkok melemah 0,06%, begitu juga yuan offshore 0,08%. Dolar Singapura juga tertekan bersama baht Thailand masing-masing 0,07% dan 0,16%.
Won Korea menjadi valuta Asia dengan pelemahan terdalam pagi ini, ambles 0,28% terhadap dolar AS tertekan sentimen domestik pemakzulan presiden Negeri Ginseng itu.
Rupiah diuntungkan oleh sentimen global yang terpantik euforia pasca data inflasi Juni AS dilaporkan deflasi 0,1%, deflasi pertama sejak 2020.
Disinflasi AS yang semakin kuat di tengah lonjakan tingkat pengangguran menguatkan skenario penurunan bunga Federal Reserve. Pasar kini bahkan bertaruh The Fed akan melakukan tiga kali penurunan bunga acuan tahun ini mulai September, berkebalikan dari dot plot FOMC Juni yang hanya satu kali penurunan saja.
Probabilitas penurunan FFR sebesar 25 bps pertama pada September mencapai 85%, disusul pada November untuk pemangkasan kedua sebesar 25 bps dengan peluang mencapai 52,5%. Kemudian pada Desember, pemangkasan ketiga dengan peluang 44,9%.
(rui)