Logo Bloomberg Technoz

Level resistance selanjutnya menarik dicermati pada Rp16.050/US$, yang juga merupakan resistance psikologis.

Melihat tren jangka menengah, atau dalam sepekan perdagangan, rupiah berpotensi melanjutkan tren Higher High, dengan keberhasilan breakout MA-50, tercermin dari time frame daily, dan menggaris chart dalam tren satu tahun menuju Rp16.000/US$.

Sebaliknya, bila rupiah gagal menguat, ada level support di Rp16.240/US$, dengan kisaran gerak dalam support di antara Rp16.250-Rp16.300/US$.

Pembukaan pasar Asia hari ini melontar sinyal mata uang kawasan hampir semua menguat di awal transaksi. Yuan China menguat 0,25%, dolar Taiwan juga menguat 0,25%, ditambah baht Thailand juga naik tipis 0,06%. 

Ringgit Malaysia bahkan melesat kuat 0,43%. Won Korea masih dibuka lemah 0,10% karena sentimen domestik pemakzulan presiden negeri itu.

Dinamika di pasar Asia itu memperlihatkan sentimen positif regional yang akan menguntungkan rupiah hari ini.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Jumat 12 Juli 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Tiga kali penurunan bunga

US Bureau of Labor Statistics tadi malam melaporkan data inflasi AS pada Juni di mana pada bulan lalu terjadi deflasi 0,1% dibandingkan Mei. Ini adalah deflasi pertama sejak Mei 2020. Sementara dibandingkan Juni 2023, inflasi pada bulan lalu tercatat di angka 3%, terendah sejak Juni 2023.

Inflasi inti bulanan AS tercatat di 0,1% dalam laju bulanan, melambat dibanding Mei 0,2% dan merupakan angka terendah sejak Februari 2021. Dalam hitungan tahunan, inflasi inti AS tercatat 3,3%, terendah selama lebih dari 3 tahun terakhir.

Semua angka inflasi yang diumumkan tadi malam lebih rendah dibanding perkiraan pasar membuat ekspektasi para investor membumbung tinggi untuk skenario penurunan FFR mulai September.

Bahkan para investor kini bertaruh penurunan FFR akan terjadi tiga kali tahun ini di mana probabilitas penurunan 25 bps pertama pada September mencapai 85%, disusul pada November untuk pemangkasan kedua sebesar 25 bps dengan peluang mencapai 52,5%. Kemudian pada Desember, pemangkasan ketiga dengan peluang 44,9%.

Inflasi inti AS (Dok: Bloomberg)

Sentimen fiskal

Kala pasar global memberikan potensi penguatan lebih lanjut pada rupiah, dari dalam negeri mungkin rupiah menghadapi sentimen negatif dari wacana kenaikan rasio utang pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto, yang kembali pecah.

Penasihat utama Prabowo yang juga adik kandungnya yaitu Hashim Djojohadikusumo dalam wawancara dengan media Inggris Financial Times mengonfirmasi adanya rencana pemerintahan mendatang untuk mengerek rasio utang Indonesia hingga 50% dari PDB. Langkah itu akan ditempuh bersamaan dengan rencana mengerek penerimaan pajak untuk membiayai belanja negara.

Hashim menyatakan, Prabowo mengizinkan kenaikan rasio utang itu agar belanja program ambisius seperti makan bergizi gratis yang menjadi andalan kampanye, bisa dibiayai. Namun, rencana kenaikan rasio utang itu diberikan dengan syarat pemerintah bisa mengerek pendapatan pajak.

Hashim bilang, ia yakin Indonesia masih bisa mempertahankan peringkat kredit 'Investment Grade' meski rasio utang naik ke 50% dari posisi saat ini di 39%. "Idenya adalah meningkatkan pendapatan dan tingkat utang. Saya sudah bicara dengan Bank Dunia dan mereka berpendapat [rasio utang] 50% adalah tindakan bijaksana," kata Hashim yang notabene menjadi penasihat utama Prabowo selama ini.

Pernyataan itu keluar bahkan setelah Thomas Djiwandono, Anggota Satgas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran telah memberikan bantahan pada akhir Juni lalu. Statement Hashim itu juga akhirnya dimentahkan lagi oleh Ketua Tim Sinkronisasi Prabowo-Gibran Sufmi Dasco Ahmad.

Hashim Djojohadikusumo. (Simon Dawson/Bloomberg)

Menurut dia, wacana yang disampaikan Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo dalam wawancara dengan  tersebut memiliki maksud bahwa pemerintah ke depan tidak akan menaikkan utang tanpa menaikkan pendapatan negara. "Pemerintah tetap teguh pada komitmennya terhadap pengelolaan fiskal yang berkelanjutan dan hati-hati," kata Dasco dalam keterangan resminya, Kamis (11/7/2024).

Informasi dan pernyataan yang berubah-ubah dari kubu Prabowo ini membuat pelaku pasar prihatin. Pernyataan yang berubah-ubah membuat para pemilik dan pengelola dana diliputi tanda tanya, memicu ketidakpastian yang sangat tidak disukai oleh pasar.

"Tim Prabowo ini tidak jelas siapa yang in charge, kebijakannya plintat-plintut. Kalau begini caranya bukan tidak mungkin rupiah bisa tembus Rp17.000/US$," komentar Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas.

(rui)

No more pages