"Sejak presiden Soekarno, pak Harto, pak Habibie, Gus Dur, bu Mega, dan pak SBY; baru kali ini mulai dari anaknya, menantunya, mungkin cucunya akan disiapkan [masuk politik]."
Menurut dia, perlawanan terhadap trah Jokowi tak hanya pertarungan politik semata. Dia mengklaim, setiap orang berhak untuk masuk politik praktis namun tetap memegang moral dan etika; termasuk tak mengubah aturan demi kepentingan tertentu.
Pada saat ini, Bobby Nasution telah diusung tujuh partai politik besar yaitu Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Nasdem, PAN, PKS, dan PKB. Total dukungan tujuh partai ini sudah mencapai 72 kursi di DPRD Sumut.
PDIP tinggal tersisa kursi dari sejumlah partai yang tak lolos ke DPR yaitu rekan-rekannya di koalisi Pemilu 2024; Partai Hanura yang memiliki 5 kursi, PPP dengan 1 kursi, dan Partai Perindo dengan 1 kursi.
Toh, menurut Djarot, Bobby belum tentu menang karena masih harus mencari sosok calon wakil gubernur yang tepat. Dia mengklaim, PDIP bisa unggul jika menemukan pasangan calon yang memang diterima masyarakat.
Saat ini, PDIP juga tengah mempertimbangkan sejumlah nama seperti mantan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, mantan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, hingga Ketua DPRD Sumut Sutarto.
“Semuanya kemungkinan masih bisa dilakukan. Maka perlu ada diskusi, perlu ada kerja sama, komunikasi terus menerus, penjajakan pendalaman sambil tetep mendengarkan aspirasi dari bawah,” tutur Djarot.
(mfd/frg)