Logo Bloomberg Technoz

Masalah lainnya, belum semua mineral kritis dan strategis ada di Indonesia. Adapun, Indonesia tidak memiliki sumber daya dan cadangan litium dan cadangan mineral tanah jarang (LTJ) atau rare earth element.

“Beberapa mineral kritis kita saat ini memang leading secara global seperti nikel, timah, bauksit, tembaga. [Namun,] pemerintah harus lebih menggencarkan kegiatan eksplorasi mineral kritis dan strategis agar bisa berperan secara global,” ujarnya.

Sekadar catatan, Indonesia dengan AS sebenarnya sudah menyepakati akan membentuk rencana kerja untuk mewujudkan Critical Mineral Agreement (CMA), yang akan membuat Indonesia menjadi pemasok kebutuhan baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di AS dalam jangka panjang. Keputusan itu disepakati oleh kedua pemimpin negara pada akhir tahun lalu.

Hingga saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan kerja sama masih berlanjut karena merupakan urusan yang panjang dan membutuhkan kolaborasi dari beberapa negara untuk menciptakan rantai pasok (supply chain).

“Untuk jadi baterai, tidak ada yang semua mineralnya ada di satu negara, itu pasti butuh kolaborasi beberapa negara, jadi lebih ke bagaimana kolaborasi supply chain,” ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi saat ditemui di kantornya, dikutip Kamis (11/7/2024).

Namun, di lain sisi, Indonesia juga baru saja ditinggalkan oleh kedua investor asal Eropa, BASF SE dan Eramet SA, dalam proyek Sonic Bay di Teluk Weda, Maluku Utara.

“Eramet dan BASF memutuskan untuk tidak berinvestasi pada pabrik penyulingan nikel dan kobalt bersama di Indonesia,” ujar Eramet dalam pernyataan resmi.

(dov/wdh)

No more pages