Dihubungi pada kesempatan sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi) Alvin Lie juga berpendapat tidak mungkin maskapai-maskapai, terlebih di Indonesia, sepenuhnya meninggalkan penggunaan pesawat jet keluaran Boeing.
Terlebih, posisi Airbus SE pun dinilai Alvin juga belum dapat memenuhi seluruh permintaan pasokan jet di dunia.
"Bagaimanapun Boeing dan Airbus pemasok utama [pesawat] dunia. Kalaupun semua airlines meninggalkan Boeing, Airbus juga tidak akan mampu penuhi pesanan. Lagi pula pemakai Boeing tetap membutuhkan pelayanan purnajual Boeing," jelas Alvin.
Untuk itu, Alvin menilai sangat kecil kemungkinan Boeing akan kolaps di tengah berbagai kekacauannya yang terjadi, karena mau bagaimanapun teknologi dan pangsa pasar Boeing masih bernilai tinggi. Bahkan, menurutnya, banyak yang akan siap berinvestasi untuk membeli Boeing.
Namun, dia pun juga tak menutup kemungkinan bilamana kondisi ini terus menerus berulang terjadi pada raksasa pabrikan pesawat ini, peluang bagi produsen pesawat lain seperti Embraer (Brasil) dan Comac (China) untuk bersaing akan makin terbuka.
Kondisi saat ini membuka peluang bagi Embraer, yang selama ini hanya pemain kecil, untuk masuk mengisi kebutuhan. [Tipe jet] E190 sudah sukses masuk merebut sebagian pasar B737 & A320. Demikian pula Comac dari China juga siap masuk pasar yang sama dengan C919," tekannya.
Belum lama ini, Boeing didenda sebesar US$487,2 juta (sekira Rp7,92 triliun) atas konspirasi penipuan kriminal terkait penyelidikan kecelakaan dua pesawat seri 737 Max milik Lion Air (Indonesia) pada 2018 dan Ethiopian Airlines (Ethiopia) pada 2019 yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman atau Department of Justice (DOJ) AS.
Sebagai bagian dari kesepakatan yang diajukan pada Minggu (7/7/2024) malam di pengadilan Texas, DOJ telah meminta hakim untuk memberikan kredit kepada Boeing atas denda yang telah dibayarkan sebelumnya, yang akan mengurangi denda baru menjadi US$243,6 juta jika disetujui.
Kinerja Penjualan
Di tengah terpaan isu yang menghantam Boeing sepanjang tahun berjalan, perusahaan masih tercatat berhasil mengirimkan 44 pesawat komersial pada Juni, jumlah bulanan tertinggi sejak mereka membatasi pekerjaan di pabriknya pascabencana mengerikan pada awal Januari yang melibatkan pesawat jet 737 Max.
Produsen pesawat AS tersebut menyerahkan 35 jet dari keluarga 737 miliknya selama Juni; semuanya model Max kecuali satu P-8 milik militer. Boeing juga mengirimkan lima pesawat 777 kargo, tiga 787 Dreamliner dan satu 767 ke divisi pertahanannya untuk diubah menjadi sebuah kapal tanker udara.
Perusahaan mencatat 14 pesanan kotor dibandingkan dengan dua pembatalan di bulan tersebut.
Meskipun peningkatan pengiriman merupakan kabar baik yang jarang terjadi bagi Boeing, hal ini juga menggarisbawahi kesenjangan pasar yang makin besar antara Boeing dan saingannya Airbus. Produsen pesawat Eropa ini mengirimkan 67 jet pada bulan tersebut, termasuk 53 model A320neo berbadan sempit yang bersaing langsung dengan Max.
Boeing mengandalkan peningkatan pengiriman pada paruh kedua tahun ini untuk meningkatkan keuangan yang terpukul oleh perlambatan produksi karena pihaknya melatih kembali pekerja dan meningkatkan inspeksi pemasok.
Perusahaan tersebut menghadapi berbagai investigasi dan pengawasan regulator yang lebih ketat setelah penyelidik mengaitkan kegagalan struktural pada jet Alaska Airlines pada Januari dengan kegagalan protokol di dalam pabrik Boeing.
Selama tiga bulan yang berakhir pada 30 Juni, Boeing mengirimkan 92 jet komersial, peningkatan dari penghitungan kuartal pertama sebanyak 83 pesawat.
Para eksekutif telah memperkirakan pengiriman 737, yang merupakan sumber uang tunai yang penting, akan meningkat mendekati batas 38 jet per bulan yang diberlakukan oleh regulator AS setelah kecelakaan Alaska Air.
Badan Penerbangan Federal atau Federal Aviation Administration (FAA) tidak akan mengizinkan Boeing menaikkan produksi ke tingkat yang lebih tinggi sampai mereka yakin bahwa pengendalian kualitas sudah diterapkan dan rantai pasokan dapat mengimbanginya.
Boeing memesan tiga pesanan 737 Max selama Juni, termasuk sebuah pesawat untuk menggantikan jet Alaska Airlines yang terlibat dalam Penerbangan 1282. Perusahaan juga mencatat 11 pesanan untuk pesawat pengangkut 777, yang merupakan total bulanan terbesar untuk model tersebut dalam hampir tiga tahun.
Produsen pesawat tersebut juga menghapus 116 pesanan dari simpanannya berdasarkan ketentuan aturan akuntansi AS untuk transaksi berisiko.
Penjualan pesawat masih berdasarkan kontrak dan dapat dipulihkan seiring berjalannya waktu. Meskipun Boeing mencatat 156 pesanan kotor selama paruh pertama tahun ini, setelah memperhitungkan pembatalan dan perubahan aturan akuntansi, pesanan bersihnya hanya berjumlah 26.
(prc/wdh)