Di sisi yang sama dengan IHSG, Bursa Asia lain yang juga menapaki jalur hijau, menyusul Straits Time (Singapura) terapresiasi 0,99%, Nikkei 225 (Tokyo) yang menguat 0,61%, Topix (Jepang) melesat 0,47%, SETI (Thailand) menghijau 0,25%, dan KLCI (Malaysia) terangkat 0,25%.
Sementara indeks lainnya masih bergerak melemah. Mereka adalah PSEI (Filipina) dengan drop 1,03%, Shanghai Composite (China) merah 0,68%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) melemah 0,61%, SENSEX (India) ambles 0,54%, Shenzhen Comp. (China) melemah 0,35%, CSI 300 (China) tertekan 0,32%, dan juga Hang Seng (Hong Kong) yang terkoreksi 0,29%,
Bursa Saham Asia gagal memanfaatkan momentum penguatan di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, dua dari tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup menghijau, tersengat keyakinan atas pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat pada September 2024.
Nasdaq Composite, dan S&P 500, berhasil menghijau dengan kenaikan masing-masing 0,14%, dan 0,07%. Adapun Dow Jones Industrial Average (DJIA) terdepresiasi 0,13%.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Dalam testimoninya di hadapan Komite Perbankan Senat Amerika Serikat semalam, Jerome Powell menyatakan risiko yang dihadapi oleh perekonomian AS bukan hanya inflasi. Ekonomi terbesar di dunia itu juga menghadapi risiko pelemahan pasar tenaga kerja di mana tingkat pengangguran AS naik dalam tiga bulan berturut-turut.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data inflasi baru-baru ini juga telah menunjukkan kemajuan yang moderat, katanya, dan data yang lebih baik akan memperkuat kepercayaan diri The Fed pada inflasi yang kembali ke 2%, sebuah kondisi untuk mulai memangkas suku bunga acuan.
Kelemahan yang tidak terduga di pasar tenaga kerja juga dapat mendorong pemangkasan, tambah Powell. Meskipun ekonomi AS melambat dan pasar tenaga kerja menurun, tingkat pengangguran tetap rendah menurut standar historis dan ekonomi AS adalah yang terbaik secara global.
Komentar terbaru Powell membuat asa pemangkasan suku bunga acuan kembali meningkat.
Mengutip CME FedWatch Tools sore ini, probabilitas Bank Sentral Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,00–5,25% dalam rapat September melonjak ke angka keyakinan 70% lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang sempat menyentuh 56%.
Kemudian, Federal Funds Rate diperkirakan bakal turun lagi 25 bps ke 4,75–5,00% pada rapat Desember. Peluangnya bertambah menjadi 47,6% juga lebih tinggi dari pekan sebelumnya di angka 42%.
Sejumlah ekonom memperingatkan bahwa ada perlambatan di pasar tenaga kerja yang bisa semakin memburuk nantinya. Jumlah orang yang telah mencari pekerjaan selama 15 minggu atau lebih, telah meningkat pada Juni ke level tertinggi sejak awal 2022, ketika angka tersebut menurun dengan cepat.
The Fed telah mempertahankan kebijakan suku bunga pada tingkat restriktif sebesar 5,25%–5,50% selama setahun. Para trader di pasar berjangka hampir sepenuhnya memperkirakan pemotongan suku bunga pada pertemuan kebijakan 17–18 September.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, Federal Reserve telah menahan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) di level tertinggi dalam lebih dari dua dekade sebagai upaya untuk menjinakkan inflasi.
Adapun tujuan utama Federal Reserve adalah menekan inflasi kembali turun ke target jangka panjangnya, 2%, tanpa memperlambat pertumbuhan ekonomi atau memberi pukulan telak pada pasar tenaga kerja.
“Pertumbuhan ekonomi AS telah melambat tahun ini namun masih relatif kuat di tengah solidnya pasar tenaga kerja dan belanja konsumen. Sementara inflasi memang masih membebani konsumen, inflasi telah turun tajam dari puncaknya dua tahun lalu. Penurunan laju inflasi tampak tertahan di sekitar 3% sehingga memicu sikap waspada dari Federal Reserve dan mengikis ekspektasi mengenai antisipasi jumlah pemangkasan suku bunga tahun ini,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
(fad/ain)