Di China, Toyota berencana menambah dua model listrik yang dikembangkan secara lokal pada 2024. Di Asia secara lebih luas, Toyota juga akan fokus pada truk pick-up listrik dan mobil listrik yang compact.
Membangun produksi EV sambil menangani efek pandemi yang masih ada, seperti hambatan rantai pasokan, dan kekurangan semikonduktor adalah prioritas utama Toyota saat ini. Sato berharap Toyota memproduksi sebanyak 10,6 juta mobil tahun ini.
“Saya pikir mereka akan berbicara tentang nilai-nilai Toyota, manufaktur, dan fiilosofi kaizen. Menyenangkan mengetahui sikap perusahaan terhadap elektrifikasi, intelligence, dan diversifikasi,” kata analis Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida.
“Mereka secara mengejutkan berbicara tentang hal-hal yang mungkin telah mereka rencanakan dan pikirkan, tetapi tidak pernah benar-benar terungkap.”
Sebagai produsen mobil terbesar di dunia dengan sekitar 370.000 staf di seluruh dunia, dan perusahaan dengan jumlah pekerja terbesar di Jepang, langkah dekarbonisasi Toyota ini sangat penting bagi misi negara kepulauan itu untuk memangkas emisi, menghapus bahan bakar fosil, dan memitigasi perubahan iklim.
Sato, yang sebelumnya memimpin brand mobil mewah Toyota, Lexus dan divisi sepeda motor Gazoo Racing, mengatakan pada Februari lalu bahwa ia akan mengambil pendekatan "EV first", dan berjanji untuk merombak platform produksi dan manufaktur baterai pada tahun 2026 dengan Lexus sebagai pusat dari rencana tersebut.
Rencana ini kemungkinan akan menempatkan Toyota dalam persaingan yang lebih langsung dengan dua pemain terbesar di arena EV dunia: Tesla Inc. milik Elon Musk dan BYD Co. dari China.
Ekspektasi tinggi tahun lalu ketika Toyota meluncurkan EV perdananya, bZ4X yang berakhir dengan kekecewaan dengan ribuan mobil yang ditarik kembali karena khawatir bannya bisa lepas karena roda tidak dibaut kencang.
--Dengan asistensi Tsuyoshi Inajima.
(bbn)