Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga koin digital paling berharga Bitcoin mengalami perubahan haluan menjadi rebound pada kisaran 2,4% pada Rabu (10/7/2024) pukul 7.50 waktu Indonesia dan bertahan di level US$57.775,59 (sekitar Rp941,74 juta).
Pada awal minggu Bitcoin masih berkutat pada level US$55.100—US$55.490 atau merosot 5,7% dalam catatan harian. Namun kini rebound BTC 2,4% dibandingkan perdagangan hari Selasa.
Meski begitu indikator harga dalam sepekan masih menunjukkan tanda–tanda pelemahan 6,9% — jauh lebih baik dari posisi Senin yang minus sekitar 13%.
Sejumlah ketidakpastian kabar pasar menyelimuti perdagangan Bitcoin di awal Juli, hingga penurunan harga telah mencapai 6% di kisaran US$56.400, dan sempat ada di titik terendah US$53.602 hari Jumat sebelumnya.
Pencapaian Bitcoin terendah dalam seminggu terakhir artinya hanya sekitar US$19.000 di bawah rekor harga tertinggi sepanjang masa pada bulan Maret.
Menurut Jeff Dorman, kepala investasi di Arca, pedagang momentum telah mengambil alih pasar. Di sisi lain para market maker tidak juga ikut dalam menyeimbangkan arus.
“Itulah mengapa kita melihat pergerakan yang keras di kedua arah saat ini,” kata Dorman dilansir dari Bloomberg News, Rabu.
Sebelumnya pelaku pasar mengaku khawatir atas kemungkinan kegagalan penjualan token oleh kreditor dari platform transaksi kripto Mt Gox. Kreditor tercatat mulai mengembalikan sekitar US$8 miliar (Rp130,4 triliun) timbunan aset Bitcoin.

Investor ETF Spot Bitcoin pada satu sisi menumpuk kepemilikan. Mereka bertaruh bahwa bahwa kelebihan pasokan telah menciptakan peluang pembelian. Pasokan terlalu banyak juga mendorong token ke tingkat lebih rendah.
ETF Bitcoin AS telah mengalami arus masuk bersih sebesar US$438 juta selama dua sesi perdagangan terakhir, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Mata uang kripto asli telah jatuh sekitar 20% sejak awal Juni, tertekan oleh kekhawatiran bahwa kreditor bursa yang gagal, Mt Gox, akan mulai melepas token yang didistribusikan.
“Begitu banyak investor yang masih belum memiliki Bitcoin, dan hal itu mendukung kenaikan jangka panjang. Persoalan pasokan ini akan segera berlalu,” tulis Charlie Morris, kepala investasi di ByteTree, dalam sebuah catatan.
-Dengan asistensi Suvashree Ghosh dan Sidhartha Shukla.
(wep)