Logo Bloomberg Technoz

Menanti Kebijakan Pemerintahan Baru, Asing Lepas Saham & Obligasi

Ruisa Khoiriyah
10 July 2024 09:00

Pekerja merapihkan uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran uang di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pekerja merapihkan uang dolar AS dan rupiah di gerai penukaran uang di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (17/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Semakin mendekati Oktober, ketika pelantikan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan dihelat, para pemodal asing terlihat menjauhi aset-aset di pasar domestik, terutama Surat Berharga Negara (SBN) dan saham.

Pasar terlihat menanti kepastian arah kebijakan fiskal pemerintahan baru di tengah lonjakan defisit APBN 2024 yang di luar dugaan membengkak ke 2,7% dari perhitungan semula di 2,29%. Bukan hanya itu, nama yang akan menduduki jabatan menteri keuangan juga sangat dinanti karena posisi tersebut pivotal bagi perekonomian terbesar di Asia Tenggara yang tengah berjuang kala turbulensi ekonomi global masih tajam.

Sejauh ini, pemodal asing memilih menjauh. Data yang dilansir oleh Bank Indonesia, sepanjang tahun 2024 sampai data setelmen 4 Juli lalu, investor asing masih mencatat net sell (jual bersih) SBN senilai Rp32,58 triliun. Di pasar saham, asing juga masih membukukan net sell Rp9,06 triliun.

Untuk sementara, asing terlihat memilih 'parkir' dana investasi jangka pendek (hot money) di instrumen moneter yang diterbitkan Bank Indonesia, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan nilai net buy mencapai Rp139,79 triliun pada periode yang sama. 

Memilih instrumen tenor pendek dengan bunga tinggi, sekitar 7,53%, jauh melampaui yield SBN tenor pendek, menjadi pilihan logis ketika ketidakpastian masih besar. Bukan hanya dari gejolak pasar global yang masih tajam, melainkan ketidakpastian yang timbul dari transisi pemerintahan terutama terkait arah kebijakan fiskal, membuat pilihan ke SRBI menjadi masuk akal.