Logo Bloomberg Technoz

Para pelaku pasar agaknya akan memilih lebih fokus pada rilis data inflasi AS pada Kamis nanti yang akan lebih memperjelas arah ekspektasi penurunan bunga. Testimoni Powell di hadapan Parlemen AS nanti malam kemungkinan masih mengulang yang dia beberkan di rapat Senat.

Di pasar swap, ekspektasi penurunan Fed fund rate pada September mencapai 70%, sedikit turun dibanding hari sebelumnya 71%. Sementara probabalitas penurunan FFR kedua kali pada Desember, mencapai 47,6%.

Pagi ini, Rabu (10/7/2024), pada pembukaan pasar Asia, beberapa mata uang di kawasan dibuka melemah. Yuan offshore dan yuan Tiongkok sama-sama melemah tipis. Sementara dolar Taiwan justru dibuka dengan pelemahan lumayan 0,24%. Won Korea juga tertekan di awal perdagangan, turun 0,15%. Ringgit Malaysia juga dibuka turun 0,06%. Sedangkan baht Thailand menguat tipis 0,03% sementara dolar Singapura stagnan.

Pasar menanti data data inflasi harga konsumen dan produsen China yang dirilis hari ini. Juga keputusan bunga acuan bank sentral Selandia Baru.

Dalam testimoninya di hadapan Komite Perbankan Senat AS, Powell menyatakan risiko yang dihadapi oleh perekonomian Amerika bukan hanya inflasi. Ekonomi terbesar di dunia itu juga menghadapi risiko pelemahan pasar tenaga kerja di mana tingkat pengangguran AS naik dalam tiga bulan berturut-turut. 

Namun, Powell berhati-hati dengan tidak memberikan garis waktu penurunan bunga acuan ketika menjawab pertanyaan para anggota Senat AS tadi malam.

Sementara Menteri Keuangan Janet Yellen dalam forum yang sama, menyatakan, pasar tenaga kerja tidak lagi mendorong inflasi dalam perekonomian AS sebagaimana yang terjadi pada era pemulihan pandemi. Pernyataan itu tidak berbeda dengan komentar Powell sebelumnya.

"Powell terjebak naskah ketika membahas tentang ekonomi dan banyak pertanyaan di forum kemarin bukanlah tentang ekonomi tetapi tentang aturan Basel," kata Michael Feroli di JPMorgan Chase&Co dilansir dari Bloomberg News.

Lelang SUN sepi

Dari dalam negeri, rupiah juga sepertinya akan terbebani sentimen negatif dari lelang Surat Utang Negara kemarin yang sepi. Nilai penawaran dari investor turun hanya sebesar Rp48,35 triliun, lebih kecil 14% dibanding lelang SUN sebelumnya. 

Namun, pemerintah memutuskan menjual surat utang lebih banyak dibanding lelang sebelumnya, sesuai target indikatif sebesar Rp24 triliun, meski sehari sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan akan mengurangi penerbitan SBN hingga Rp214 triliun.

Pemberian imbal hasil SUN dalam lelang kemarin memang lebih rendah dibanding lelang sebelumnya. Namun, tingkat imbal hasil dimenangkan hanya sedikit lebih tinggi dibanding yield di pasar sekunder.

Kelesuan lelang kemarin sebagian dipengaruhi juga oleh pelebaran defisit APBN tahun ini yang diperkirakan mencapai 2,7%. Niat pemerintah mengurangi penerbitan SBN tahun ini agaknya tidak terlalu mengangkat optimisme pasar. Mayoritas yield SBN dalam perdagangan di pasar sekunder kemarin juga tertekan, indikasi tekanan harga.

Melonjaknya defisit APBN tahun ini membuat kekhawatiran keberlanjutan fiskal ke depan turut meningkat. Ada kekhawatiran pada pemerintahan baru nanti, batas defisit bisa makin melebar mengingat rencana belanja yang besar tidak lagi dibantu oleh keberadaan saldo anggaran lebih (cash buffer) yang melimpah. Alhasil, ada potensi penerbitan utang lebih besar ke depan.

Pasar juga masih harap-harap cemas menanti titik terang nama yang akan ditunjuk oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto sebagai menteri keuangan pengganti Sri Mulyani yang diprediksi tidak akan bergabung di pemerintahan baru.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah dengan koreksi terbatas di antara area Rp16.265-Rp16.280/US$, dan support terkuat di Rp16.310/US$.

Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp16.200/US$. Target penguatan optimistis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp16.180/US$.

Selama nilai rupiah terjebak di atas Rp16.270/US$, maka potensi pelemahan lebih lanjut terbuka. Sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga di bawah Rp16.200/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term) maka nilai rupiah berpotensi terus menguat hingga menuju Rp16.150/US$, meski peluang tersebut kian terbatas.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 10 Juli 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages