Lebih lanjut, Febrio menjelaskan bahwa tambahan anggaran sebesar Rp37,1 triliun untuk subsidi dan kompensasi energi sudah masuk dalam tambahan belanja negara yang naik Rp87,1 triliun.
Angka tersebut, didapatkan berdasarkan outlook terhadap estimasi penyaluran subsidi beserta mempertimbangkan asumsi-asumsi dalam APBN, yakni nilai tukar dan harga minyak mentah.
“Jadi itu belum ada realisasinya, jadi kita lihat aja nanti pelaksanaannya. Tapi ketika kita lihat outlook yang lengkap, seluruh belanja negara itu, kenaikan itu sudah termasuk mengantisipasi beberapa ketidakpastian,” pungkas Febrio.
Seperti diketahui, Sri Mulyani melaporkan penerimaan negara hingga akhir tahun diperkirakan Rp 2.802,5 triliun. Tepat 100% dari target APBN 2024 dan naik 0,7% dibandingkan 2023.
Sementara belanja negara diperkirakan Rp 3.412,2 triliun. Naik 9,3% dari tahun lalu dan 102,6% dari target APBN 2024.
"Dengan outlook tersebut, kami memproyeksikan defisit APBN 2024 sebesar Rp 609,7 triliun atau 2,7% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto)," ungkap Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR.
Defisit tersebut, lanjut Sri Mulyani, bertambah dari target awal yaitu 2,29% dari PDB. Secara nominal, defisit anggaran melebar Rp 86,7 triliun.
(azr/lav)