Jika mengasumsikan 27%–30% pemilik SRBI adalah investor asing, maka diperkirakan eksposur asing di instrumen tersebut mencapai Rp227,47–Rp252,74 triliun, saat ini. Angka itu sekitar 32% dari total dana asing di SBN yang terus turun.
Penyebab Investor Asing Pilih SRBI
Kecenderungan investor asing yang semakin agresif menyerbu SRBI berlangsung di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, menaikkan pamor aset-aset bertenor pendek dengan imbal hasil yang amat menggiurkan. Aset bertenor pendek dengan tingkat bunga tinggi jadi pilihan paling masuk akal bagi investor asing kala turbulensi pasar keuangan masih tajam.
Pada lelang SRBI yang digelar Jumat pekan lalu, BI kembali mempertahankan bunga tinggi untuk instrumen tersebut. Pemberian imbal hasil mencapai 7,521% yang berdampak pada pasar SBN, surat berharga terbitan pemerintah jadi kurang menarik. Contoh, untuk SBN tenor pendek 1Y masih ada di 6,651% pada perdagangan kemarin, berjarak cukup lebar dengan SRBI pada tenor yang sama.
Mencermati lebih lanjut, tidak tertariknya investor asing terhadap pasar saham Indonesia sejak awal tahun yang mencatat return negatif 2,88% ini, terlihat dari torehan jual bersih (net sell) mencapai Rp7,72 triliun menurut data Bursa Efek Indonesia. Juga karena faktor global, seiring kebijakan suku bunga tinggi masih dipertahankan oleh The Fed (higher for longer).
Menelisik ke belakang, para pejabat Federal Reserve padahal sempat mempertahankan pandangan mereka untuk tiga kali pemangkasan suku bunga di 2024. Akan tetapi pandangan tersebut semakin kabur dan belum ada sinyal pemangkasan hingga kini.
Pilihan investor asing kini cenderung menjauhi pasar saham. Mereka tampak lebih memilih pembelian ke aset lebih rendah risiko (SRBI).
Hal ini mengindikasikan para investor belum siap mengambil risiko lebih besar demi meraup cuan meskipun return yang ditawarkan saham sejatinya lebih tebal namun juga lebih berisiko.
Dari situ, wait and see pasar terlihat jelas, juga membatasi mereka masuk ke pasar saham Indonesia, menunggu arah kebijakan suku bunga The Fed sembari mengumpulkan bukti-bukti kuat lainnya. Sebab, Bank Sentral AS digadang-gadang akan memangkas suku bunga sebanyak 25 bps jelang tutup tahun 2024.
Investor Domestik Masih Merajai Pasar Saham Indonesia
Sebagai informasi lanjutan, berbeda halnya dengan instrumen SRBI dan pasar SBN, investor domestik atau dalam negeri masih merajai perdagangan pasar saham Indonesia. Tercermin dari data komposisi jumlah perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di sepanjang tahun 2024 ini.
Hingga 26 Juni, jumlah investor pasar modal mencapai 13 juta Single Investor Identification (SID), dengan pertumbuhan 863 ribu SID baru pada 2024. Sementara investor saham dalam negeri telah mencapai 56%. Sedangkan sisanya 44% komposisinya diisi oleh investor asing.
BEI menyebut, dalam komposisi Rata-rata Nilai Transaksi Harian di 2024 ini, investor ritel dan investor institusi dalam negeri masih menguasai pasar, dengan jumlah RNTH keduanya total mencapai Rp7,5 triliun, dibandingkan dengan investor institusi asing dengan jumlah RNTH sebesar Rp4,6 triliun.
Dengan demikian, partisipasi investor dalam negeri, termasuk ritel dan institusi masih terjaga, dengan keseluruhan– baik dari nilai transaksi dan komposisinya masih menguasai.
Namun memang, dominasi investor dalam negeri masih belum mampu mendorong pergerakan IHSG pada tahun ini, IHSG melemah 2,88% ke 7.063,58 di penutupan Semester I-2024.
(fad/wep)