Logo Bloomberg Technoz

Penyedia layanan peluncuran Eropa, Arianespace, tahun lalu hanya beberapa kali mengorbit dan kalah bersaing dengan roket-roket milik Elon Musk, yang harganya lebih murah karena menggunakan kembali pendorong tahap pertama yang mendorong roket-roket tersebut ke luar angkasa.

Ariane 6 adalah bagian dari dorongan yang lebih luas oleh kontraktor pertahanan yang sudah lama mapan yang pernah mendominasi bisnis roket.

Sebelum kemunculan SpaceX, perusahaan-perusahaan seperti ArianeGroup, Boeing Co, dan Mitsubishi Heavy Industries adalah produsen utama. SpaceX, yang didirikan pada tahun 2002, menjungkirbalikkan industri roket dengan memelopori pendorong yang dapat digunakan kembali dan membuat banyak suku cadang sendiri.

Perusahaan ini pertama kali menggunakan kembali pendorong Falcon 9 pada tahun 2017, sehingga membantu memangkas biaya dan waktu di antara misi.

Inovasi-inovasi ini membuat para pemain lama terkejut. Perusahaan Musk memiliki hampir 100 misi tahun lalu, menurut SpaceX. Pembuat roket Amerika, Eropa, dan Jepang generasi sebelumnya hanya memiliki total sekitar 10 misi karena banyak yang kesulitan mengembangkan roket yang dapat bersaing dengan Falcon.

Roket-roket baru, yang tertunda karena masalah dalam pembuatan mesin dan komponen lainnya, akhirnya siap. Namun, roket-roket tersebut belum dapat digunakan kembali dan mungkin belum cukup canggih untuk membuat SpaceX takut, yang berniat membuat Starship, roket baru yang telah melakukan uji coba keempatnya pada 6 Juni lalu, agar dapat digunakan kembali secara penuh.

"Kerusakan mulai terlihat" bagi perusahaan-perusahaan yang sudah mapan, ujar Rebecca Allen, salah satu direktur Institut Teknologi dan Industri Antariksa di Swinburne University of Technology, Melbourne.

"Mereka berada pada saat yang kritis untuk membuktikan bahwa mereka masih memiliki nilai."

Meskipun para pemula terlihat berada di atas angin, namun masih terlalu dini untuk memperhitungkan pembuat roket tradisional. Memang, tahun ini dimulai dengan awal yang baik bagi para pesaing lama.

Vulcan, dari perusahaan patungan Boeing-Lockheed Martin Corp dan United Launch Alliance, lepas landas untuk pertama kalinya pada awal Januari. Pada saat itu, ULA dengan percaya diri merencanakan tujuh penerbangan untuknya tahun ini.

Badan antariksa Jepang, JAXA, pada Februari meluncurkan H3 pertama dari Mitsubishi Heavy, sekitar setahun setelah upaya sebelumnya berakhir dengan kegagalan. JAXA meluncurkan lagi pada 1 Juli.

Versi baru dari roket Eropa yang lebih kecil, Vega C, belum pernah diterbangkan sejak kegagalan pada Desember 2022, tetapi diperkirakan akan diluncurkan pada akhir tahun ini, menurut Avio SpA. Pabrikan Italia itu merencanakan misi versi lama Vega pada September.

Roket Epsilon S yang lebih kecil dari Jepang masih dikandangkan, setelah ledakan pada Juli tahun lalu. ULA sedang mencoba untuk meluncurkan penerbangan sertifikasi Vulcan yang kedua pada September dan meningkatkan frekuensi peluncurannya sambil menghadapi tekanan dan hukuman finansial dari Pentagon.

ULA sedang menyusun rencana untuk menggunakan kembali mesin Vulcan, kata Bruno dalam sebuah pernyataan pada 8 Januari. Sementara Mitsubishi Heavy juga ingin memiliki kendaraan yang dapat digunakan kembali, "kami belum pada tahap mengembangkan sesuatu yang konkret saat ini," kata CEO Seiji Izumisawa kepada Bloomberg Television pada 21 Juni.

MaiaSpace, perusahaan yang didukung oleh ArianeGroup yang sedang mengembangkan roket kecil yang dapat digunakan kembali, telah menetapkan target tahun 2026. ArianeGroup belum mengungkapkan rencana untuk roket yang dapat digunakan kembali yang lebih besar.

Namun, Linares dari ESA mengatakan pada konferensi pers di Juni bahwa badan antariksa tersebut "akan terus berkembang dan tentu saja kami juga di Eropa sedang mengupayakan agar roket tersebut dapat digunakan kembali."

Perusahaan-perusahaan yang lebih muda bekerja lebih cepat. Rocket Lab USA Inc tahun ini telah melakukan delapan kali peluncuran Electron, sebuah roket kecil yang memiliki tahap pertama yang dapat meluncur dengan parasut kembali ke Bumi dan didaur ulang.

Neutron, yang dijadwalkan untuk memulai debutnya tahun depan, akan dapat mendaur ulang tahap pertama dan muatannya (kerucut di ujung roket). "Penggunaan kembali adalah elemen yang harus Anda miliki" untuk bersaing secara komersial, kata CEO dan pendiri Rocket Lab, Peter Beck, dalam sebuah wawancara.

Roket yang dapat digunakan kembali dan peluncuran yang sering dilakukan "dulunya merupakan hal yang aspiratif, tetapi sekarang menjadi persyaratan minimal."

Meskipun para pemain lama tidak bergerak dengan cepat, mereka masih mendapatkan keuntungan dari permintaan yang terpendam dari pelanggan yang ingin membangun atau memperluas jaringan satelit mereka.

Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pilihan yang terbatas: Mereka tidak dapat menggunakan roket Rusia karena perang di Ukraina dan pembatasan AS membuat roket China juga tidak dapat digunakan.

ULA memiliki komitmen untuk lebih dari 70 peluncuran Vulcan, menurut perusahaan tersebut, termasuk 38 peluncuran untuk Proyek Kuiper, sebuah proyek internet-dari-antariksa milik Amazon. 

Amazon pada tahun 2022 memesan 18 peluncuran di Ariane 6. Avio, yang membuat pendorong untuk Ariane 6, sedang mempersiapkan untuk meningkatkan produksi untuk sekitar 30 peluncuran roket baru di tahun-tahun mendatang, CEO Giulio Ranzo mengatakan kepada para analis pada Mei.

Roket-roket baru Eropa, Amerika, dan Jepang juga harus dapat diandalkan oleh pelanggan pemerintah yang tidak ingin memiliki aset sensitif yang diluncurkan dari negara lain dan tidak terlalu mempermasalahkan harga dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan swasta.

Roket SpaceX. (Dok: Bloomberg)

H3 dari Mitsubishi Heavy tidak dimaksudkan untuk bersaing secara komersial, kata Kazuto Suzuki, profesor di Sekolah Pascasarjana Kebijakan Publik Universitas Tokyo, karena pemerintah lebih peduli untuk memiliki opsi lokal dan menjauhkan teknologi sensitif dari pihak asing.

"Anda tidak ingin mengungkapkan informasi tentang satelit Anda di luar komunitas keamanan Jepang," katanya.

Ariane 6 akan menerima setidaknya empat misi dari lembaga-lembaga publik setiap tahunnya, menurut kesepakatan yang ditandatangani oleh Jerman, Prancis, dan Italia pada November lalu.

Dengan permintaan yang cukup dari pelanggan komersial dan pemerintah, para pemain lama industri antariksa akan memiliki peran, kata Hermann Ludwig Moeller, direktur European Space Policy Institute, sebuah wadah pemikir di Wina yang didukung oleh ESA dan badan-badan antariksa nasional.

Situasinya agak mirip dengan peralihan industri otomotif dari mobil berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik, ujarnya, dan kedua jenis kendaraan ini sekarang sudah ada di jalanan.

"Mobil diesel tidak menghilang dari pasar meskipun kami memiliki lebih banyak mobil listrik," ujar Moeller. "Akan ada periode--lebih lama dari yang diperkirakan orang--untuk memiliki cara yang berbeda untuk membawa sesuatu ke orbit."

Hal ini akan memberikan waktu bagi Eropa untuk memutuskan apakah ada cukup permintaan untuk melakukan lompatan ke arah resuabilitas, kata Philippe Baptiste, CEO badan antariksa Prancis, Centre National d'Etudes Spatiales.

"Tidak masuk akal untuk membuat peluncur yang dapat digunakan kembali jika Anda tidak memiliki banyak, banyak peluncuran yang harus dilakukan," katanya dalam sebuah wawancara. "Hal ini sangat bergantung pada pasar di masa depan."

(bbn)

No more pages