"Data-data hasil eksplorasi antara lain penyebaran bijih, kualitas, geoteknik, hidrogeologi, hidrologi, dll diperlukan untuk estimasi sumber daya dan cadangan, design tambang, pengolahan, pemasaran, dan lain-lain," jelasnya.
Dengan demikian, seharusnya, "Desain tambang harus memperhatikan faktor keselamatan dan pengaruh geoteknik, hidrogeologi dan hidrologi sehingga aman dan tidak mengalami kelongsoran," tegasnya.
Longsor Tambang
Lebih lanjut, Rizal lantas memberikan beberapa dampak negatif dari longsor di tambang ilegal yang dapat menyebabkan kecelakaan, kematian pekerja, dan hilangnya peralatan tambang.
Dia menegaskan bahwa pemerintah harus lebih tegas dalam menghentikan kegiatan PETI untuk menghindari kerusakan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
Untuk diketahui, tanah longsor melanda kawasan tambang mineral/emas yang disinyalir ilegal di Desa Tulabolo, Kecamatan Sumwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Longsor terjadi pada Minggu pagi (7/7) pukul 09.00 WITA.
Lebih dari 200 personel gabungan melakukan upaya pencarian dan pertolongan (SAR) terhadap mereka yang tertimpa material longsor.
Berkaca pada hal tersebut, Perhapi menurut nya akan senantiasa mendukung usulan Kementerian ESDM untuk menambah Direktorat Penegakan Hukum di lingkungan Kem. ESDM serta menambah jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Berdasarkan catatan yang dirilis Kementerian ESDM pada 12 Juli 2022, terdapat setidaknya lebih dari 2.700 lokasi PETI yang tersebar di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, lokasi PETI batubara sekitar 96 lokasi dan PETI Mineral sekitar 2.645. Lokasi berdasarkan data periode 2021 pada triwulan ketiga. Salah satu lokasi PETI yang terbanyak yaitu di Provinsi Sumatera Selatan.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan insiden tanah longsor di tambang emas di Desa Tulabolo Timur, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Minggu (7/7/2024), terjadi di kegiatan PETI yang berada di dalam area Wilayah Kontrak Karya (KK) PT Gorontalo Minerals.
Namun, Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM Siti Sumilah Rita Susilawati mengatakan PT Gorontalo Minerals belum melakukan kegiatan pertambangan di lokasi tersebut karena masih dalam tahap eksplorasi.
“Area tersebut longsor akibat hujan lebat yang turun selama beberapa hari, hingga curah hujan lebih dari 80 mm per jam,” ujar Rita kepada Bloomberg Technoz, Selasa (9/7/2024).
Terpisah, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi memastikan KK milik PT Gorontalo Minerals hingga saat ini masih berlaku.
Dilansir melalui situs resmi, 80% saham PT Gorontalo Minerals saat ini dipegang oleh PT Bumi Resources Minerals Tbk (BUMI). Sementara, 20% sisanya dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Adapun, tim PT Gorontalo Minerals dan Kementerian ESDM menerjunkan 5 orang anggota tim penyelamatan, 1 orang paramedis dan 1 orang operator alat berat.
Bantuan berupa 1 unit excavator juga sudah diberikan dan tengah dalam pengiriman menuju lokasi bencana, yang diperkirakan akan tiba pada hari ini, Selasa (9/7/2024).
“Bantuan logistik yang diberikan berupa bahan makanan, air minum dan obat-obatan,” ujar Rita.
-- Dengan asistensi Dovana Hasiana
(prc/wdh)