Logo Bloomberg Technoz

Nasib Pekerja Kian Kritis, Penjualan Ritel Bisa Menipis

Ruisa Khoiriyah
09 July 2024 12:55

Ilustrasi Supermarket (Sumber: Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Supermarket (Sumber: Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Lebaran berlalu, penjualan ritel terlihat kehilangan daya ungkit meski masih membukukan pertumbuhan positif secara tahunan. Di sisa tahun ini, kinerja penjualan ritel masih terbebani keyakinan konsumen yang melemah akibat makin sulitnya orang Indonesia mendapatkan pekerjaan. 

Lapangan kerja yang sempit ditambah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masih besar ketika nilai pesangon menyusut akibat regulasi UU Cipta Kerja, diperkirakan menahan animo masyarakat dalam berbelanja. Ditambah lagi aktivitas manufaktur yang suram membuat ancaman PHK turut meningkat. Para pekerja disinyalir semakin berhati-hati memutuskan belanja alias cenderung berhemat, mengantisipasi risiko penurunan pendapatan di depan. 

Hasil Survei Penjualan Ritel Juni yang dilansir oleh Bank Indonesia pada hari ini, Selasa (9/7/2024), mencatat, Indeks Penjualan Riil pada Mei lalu tercatat naik 2,1% year-on-year, setelah pada April terkontraksi -2,7%. Angka pertumbuhan tahunan penjualan riil itu lebih kecil dibanding prediksi sebelumnya sebesar 4,7%.

Sementara secara bulanan, penjualan ritel pada Mei turun 3,5% month-to-month setelah bulan sebelumnya hanya naik 0,4% pada bulan Lebaran. Penurunan penjualan ritel pada Mei tidak mengejutkan mengingat puncak belanja masyarakat pada Lebaran sudah berakhir. Namun, perlu dicermati angka penurunan bulanan tersebut ternyata lebih dalam ketimbang prediksi awal yang memperkirakan hanya kontraksi 1%.

Peritel Turunkan Harga

Hasil survei memperkirakan penjualan ritel pada Juni akan kembali positif dengan proyeksi pertumbuhan 2,1% dibanding Mei dan lebih tinggi secara tahunan sebesar 4,4% year-on-year.