Logo Bloomberg Technoz

Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG menambahkan bahwa fenomena yang telah disebutkan memicu peningkatan curah hujan.

MJO diketahui aktif sehingga menyebabkan propagasi kumpulan awan-awan hujan dari Samudra Hindia sebelah timur Afrika bergerak di sepanjang khatulistiwa menuju Samudra Pasifik melintasi wilayah Indonesia.

“Umumnya, arak-arakan awan hujan ini masuk melalui wilayah barat menuju wilayah timur Indonesia,” jelas dia dilansir dari keterangan resmi, Selasa.

Kemudian hasil analisis fenomena gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby Equatorial, didapat adanya  pengaruh hujan di wilayah barat, tengah, dan timur, seperti sebagian wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.

“Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia juga turut berkontribusi dalam menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.”

Fenomena hujan di musim kemarau, lanjut Dwikorita, berpulang pada letak geografis Indonesia yang berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia, sekaligus pertemuan di antara dua Samudra besar yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

"Fenomena iklim dan cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dinamika cuaca yang beragam. Selama musim kemarau, adanya potensi gangguan seperti MJO dan gelombang atmosfer lainnya tetap dapat menyebabkan pembentukan awan hujan,” ucap dia.

Peningkatan curah hujan akibat gangguan fenomena atmosfer tidak akan terjadi berhari-hari dan diprediksi hanya tiga hari mendatang di setiap wilayah, terang Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto.

“Kondisi tersebut diprediksikan akan menurun, dimana wilayah Jawa, Banten, Bali, dan Nusa Tenggara akan kembali mengalami kondisi musim kemarau yang normal,” pungkas Guswanto.

(wep)

No more pages