Logo Bloomberg Technoz

Penyebab Defisit APBN 2024 Melonjak Tajam Menurut Sri Mulyani

Mis Fransiska Dewi
08 July 2024 16:50

Menkeu, Sri Mulyani menyapa sebelum sidang PPHU Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi, Jumat (5/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Menkeu, Sri Mulyani menyapa sebelum sidang PPHU Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi, Jumat (5/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pelemahan rupiah yang berlangsung sejak awal tahun di tengah turbulensi dan ketidakpastian ekonomi global, semakin memperlihatkan dampaknya pada kekuatan anggaran negara.

Rupiah yang melemah memberikan tekanan pada APBN terutama perihal belanja negara dan pembiayaan, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR-RI hari ini, Senin (8/7/2024).

Rupiah yang lemah membuat pengeluaran negara yang sensitif terhadap kurs dolar AS, seperti subsidi migas, jadi makin membengkak. Dalam perhitungan risiko fiskal, setiap pelemahan nilai rupiah sebesar Rp100/US$, akan menambah defisit APBN sebesar Rp6,2 triliun. 

Sepanjang tahun ini, rupiah bergerak rata-rata di Rp15.923/US$ (year-to-date), mencerminkan pelemahan lebih dari 6% dari asumsi makro di Rp15.000/US$. Alhasil, defisit yang timbul akibat pelemahan kurs diperkirakan mencapai Rp57,22 triliun sejauh ini.

Pada saat yang sama, penerimaan negara terus merosot akibat kelesuan harga komoditas di kala belanja negara terus melejit. Termasuk untuk pembayaran gaji ke-13 pegawai negeri, pengucuran bantuan sosial, pengeluaran Kementerian/Lembaga. Ini yang membawa defisit APBN tahun ini diperkirakan akan mencapai 2,7% dari Produk Domestik Bruto, tertinggi sejak 2005 di luar angka defisit saat krisis akibat Pandemi Covid-19.