BI memperkirakan Federal Funds Rate turun sekali pada tahun ini. Pada 2025, suku bunga acuan di Negeri Paman Sam bisa turun 2-3 kali.
Kedua adalah daya tarik imbal hasil portofolio yang menggiurkan. Ini sudah terlihat dengan masuknya arus modal asing senilai Rp 91,5 triliun sepanjang 2024.
"SRBI inflow Rp 130,35 triliun dan saham Rp 0,34 triliun. Meski di SBN masih outflow Rp 33,96 triliun," ungkap Perry.
Ketiga adalah fundamental ekonomi yang masih kuat. BI memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1% tahun ini, lebih tinggi dibandingkan 2023 yang tumbuh 5,05%.
Adapun inflasi sepanjang 2024 diperkirakan sebesar 2,9%. Masih di kisaran target 2,5 plus minus 1%.
Sementara faktor keempat, menurut Perry, adalah komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Sejumlah langkah kam lakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pertama adalah menjaga daya tarik imbal hasil portofolio khususnya di SBN dan SRBI.
"Kami juga melakukan intervensi di pasar valas. Cadangan devisa masih relatif tinggi, yaitu US$ 140,2 miliar. Masih cukup untuk terus melakukan intervensi baik di pasar spot maupun forward," terang Perry.
(aji)