Logo Bloomberg Technoz

Inflasi Relatif Moderat, BI Bisa Perlahan Turunkan Suku Bunga

Yunia Rusmalina
06 April 2023 20:28

Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom senior Raden Pardede mengatakan kenaikan suku bunga Indonesia tidak harus mengikuti kenaikan suku bunga The Fed, mengingat kenaikan inflasi Indonesia yang relatif moderat serta keadaan sektor perbankan yang stabil. 

Menurutnya, Bank Indonesia memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga pada semester II mendatang, hal ini bisa dilakukan dengan mempertimbangkan data inflasi Indonesia yang cenderung rendah.

Sebagai informasi inflasi pada Maret 2023 tercatat 0,18% (month to month/mtm). Inflasi ini terbilang sangat rendah dibandingkan periode Ramadan tahun-tahun sebelumnya di mana biasanya inflasi bisa menembus 0,42%.

"Ada potensi kita untuk menurunkan suku bunga bisa secara gradual dari 5.75% sekarang. Bisa saja di semester II kita melakukan penurunan sekitar 50 bps, baru kemudian di 2024 bisa turun lagi 50 bps dan kemudian di 2025 kalau inflasinya bisa kita kontrol maka kita bisa melakukan penurunan lagi di situ," kata Raden dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Anggota Badan Anggaran DPR, Kamis (6/4/2023).

Bank Indonesia (BI) memiliki cukup alasan untuk mempertahankan BI rate di level 5,75% (Bloomberg)

Ia memperkirakan suku bunga AS mungkin masih akan terus naik sekitar 0,25%-0,5% hingga akhir semester I. Menurutnya The Fed masih akan mengerek suku bunga hingga level 5,25%-5,5% hingga akhir 2023. Namun The Fed diperkirakan akan secara perlahan mulai menurunkan suku bunganya pada awal tahun depan dan berlanjut hingga 2025.