Logo Bloomberg Technoz

Sri Mulyani Sebut Rupiah dan Mata Uang Lain Kalah Lawan Dolar AS

Azura Yumna Ramadani Purnama
08 July 2024 14:15

Menkeu Sri Mulyani sebelum memulai Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2024. (Bloomberg Technoz/Azura Yumna)
Menkeu Sri Mulyani sebelum memulai Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2024. (Bloomberg Technoz/Azura Yumna)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut penguatan dolar AS dan surat berharga Amerika Serikat (US Treasury) telah menimbulkan tekanan pada seluruh mata uang atau surat utang berbagai negara. Bentuknya berupa pelemahan nilai tukar dan peningkatan yield yang diharapkan investor.

Bertahannya suku bunga acuan AS atau fed fund rate di level 5,5% telah mempengaruhi daya tarik dan kekuatan dari dolar AS. Pada sisi lainnya desifit fiskal AS yang melebar, yang mencapai 6,5% dari PDB, juga menjadi masalah baru.

Untuk mengatasi hal ini, AS menerbitkan US Treasury dalam jumlah besar. Jika pada 2022 totalnya mencapai US$16,7 triliun maka pada tahun ini sudah melonjak menjadi US$28,2 triliun. Ini berdampak pada yield yang meningkat dan harga turun.

“Nilai tukar mata uang baik negara maju di Eropa, ASEAN hingga G-20 rata-rata mengalami penurunan,” terang Sri Mulyani dalam Rapat Badan Anggaran DPR RI, di Jakarta, Senin (8/7/2024).

“Beberapa yang mengalami perbaikan [nilai tukar] mungkin sifatnya esepsional. Tetapi rata-rata mata uang negara berkembang dan maju mengalami koreksi terhadap dolar AS.”