“SRBI [Sekuritas Rupiah Bank Indonesia] kali ini merupakan tujuan utama bagi mereka net inflow sebesar US$4,1 miliar ytd, di sisi lain investor asing mencatat outflow dari pasar obligasi dan pasar saham total US$2,1 miliar,” jelas dia.
Royke menambahkan, dengan adanya tekanan terhadap rupiah, Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis pon (bps) pada RDG April 2024 menjadi sebesar 6,25%. Hal ini turut berdampak kepada suku bunga SRBI naik sebesar 65 bps.
Sehingga, menarik foreign inflow dan menstabilkan rupiah, namun di saat yang sama likuiditas rupiah terserap besar melalui instrumen operasi pasar terbuka yang saat ini Rp890 triliun, atau 3 kali lipat dari posisi pra pandemi yakni SRBI 70% dari total operasi pasar terbuka.
“Kesimpulannya likuiditas agak ketat,” ungkap Royke.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu menyatakan hal yang serupa dengan Royke, yakni likuiditas yang mahal saat ini. Sehingga, pihaknya menurunkan target kredit di tahun 2024 menjadi hanya menjadi 10-12%. Adapun kuartal-I 2024 kredit BTN tumbuh 14,8% yoy.
“14,8% ini mungkin kita akan turunkan pertumbuhan hanya 10-12% di akhir tahun, karena likuiditas yang cukup mahal. Jadi jangan sampai kita salurkan kredit, lama-lama rugi. Kita salurkan lebih mahal dari pada kalau kita beli lagi di market harga dananya,” imbuh Nixon.
(mfd/dhf)