“Meskipun pembangunan smelter bauksit memiliki potensi besar, ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi oleh pemerintah Indonesia,” tulis Sucofindo dalam laporannya, dikutip Senin (8/7/2024).
3 Kendala
Setidaknya terdapat 3 kendala dari pembangunan smelter bauksit di Indonesia.
Pertama, kurangnya investasi untuk pembangunan smelter. Dalam laporan tersebut, Pelaksana Harian Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) Ronald Sulistyanto menyebutkan pembangunan satu smelter memerlukan investasi modal hingga US$1,2 miliar atau setara dengan Rp18,2 triliun.
Terlebih, hingga saat ini, tidak ada investor domestik yang berani berinvestasi pada pembangunan fasilitas smelter dalam negeri.
“Hal ini menunjukkan pentingnya berupaya mencari jalan keluar untuk melibatkan investor domestik dalam pengembangan sektor ini. Makin lancar dana investasinya, akan makin lancar juga proses pembangunan fasilitas smelter terkait.”
Kedua, perizinan. Ketidakpastian terkait Izin Usaha Pertambangan (IUP) berpotensi membuat investor ragu-ragu, dan beberapa proyek bahkan mengalami pencabutan izin. Keadaan ini menciptakan ketidakpastian hukum yang dapat menghambat investasi.
Ketiga, perbedaan antara progres pembangunan yang dilaporkan dan hasil verifikasi di lapangan. Data terbaru mencatat saat ini ada 5 pembangunan smelter bauksit dengan progres di atas 50%, tetapi kondisinya tidak sesuai dengan laporan verifikator independen. Perbedaan ini dapat memengaruhi kebijakan terkait relaksasi ekspor.
Sekadar catatan, smelter bauksit adalah fasilitas industri yang digunakan untuk mengolah bauksit mentah menjadi produk yang lebih murni, seperti alumina.
Proses di dalam smelter melibatkan ekstraksi aluminium dari bauksit dengan memisahkan komponen-komponennya yang tidak diinginkan, seperti oksida besi dan mineral tanah liat. Hasil akhir dari proses ini adalah alumina, yang kemudian digunakan sebagai bahan baku utama dalam produksi aluminium.
Pembangunan smelter mulai gencar didorong usai larangan ekspor bijih bauksit yang telah dicuci (washed bauxite) oleh Presiden Joko Widodo sejak Juni 2023.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bakal membentuk satuan tugas atau satgas khusus untuk tata kelola investasi penghiliran atau hilirisasi dari bauksit di Indonesia. Pembentukan satgas ini sudah didiskusikan bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Menurutnya, satgas perlu terbentuk karena investasi hilirisasi bauksit menjadi komoditas yang membutuhkan perhatian serius. Terlebih, beberapa proyek smelter bauksit juga masih terbengkalai meski pemerintah sudah mengucurkan ragam insentif untuk perusahaan yang membangun smelter bauksit di Indonesia berupa izin untuk ekspor bauksit dan pemberian tax holiday.
“Tadi saya ditanya kiat-kiat investasi untuk hilirisasi, kalau tembaga jalan semua, nikel rata-rata semua jalan. Kalau yang agak butuh perhatian serius itu adalah bauksit. Bauksit kemarin saya sudah diskusi sama Pak Arifin, kami akan membuat satu tim, task force, untuk kami mengecek,” ujar Bahlil dalam agenda Peresmian Operasi Smelter Manyar yang disiarkan secara virtual, Kamis (27/6/2024).
Sementara itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan merasa dibohongi ihwal pembangunan smelter bauksit. Sebab, terdapat investor yang mengklaim pembangunan smelter bauksit hingga sekian persen. Namun, progres proyek tersebut ternyata nihil.
“Bauksit kita upayakan dibangun yang serius, investor baru bangun smelter baru. Selama ini kan dibohongi kita, [katanya] sudah sekian persen, [tetapi ternyata] lapangan bola sama pos hansip,” ujar Arifin.
(dov/wdh)