Bloomberg Technoz, Jakarta - Kasus flu burung yang telah menyebar luas di Amerika membuat pemerintah bergerak cepat dalam pemberian vaksin.
Dari laporan CNN, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS mengumumkan pada hari Selasa sebuah kontrak dengan Moderna untuk mengembangkan vaksin mRNA yang menargetkan flu pandemi, jika vaksin tersebut diperlukan dengan wabah flu burung terbaru.
Menurut asisten sekretaris untuk kesiapan dan respons di HHS, Dawn O’Connel kontrak baru dengan Moderna dilaporkan senilai US$176 juta (Rp2,8 Triliun). Pemerintah AS yakin kerja sama ini, akan membantu pemerintah tetap "lincah" jika perlu bertindak cepat melawan jenis virus flu pandemi yang beredar.
“Ini adalah langkah penting dalam kesiapan dan kemampuan respons pandemi influenza negara kita saat kami berupaya menambahkan platform tambahan ini ke portofolio vaksin influenza pandemi yang telah disetujui,” kata Dawn dalam konferensi pers.
“Pemerintah memiliki 4,8 juta dosis vaksin H5 dengan platform tradisional yang sedang diproduksi,” tambahnya.
Vaksin ini disesuaikan dengan jenis virus flu burung H5N1 yang sedang beredar saat ini dan akan selesai mulai pertengahan bulan ini — lebih cepat dari jadwal.
Diberitakan sebelumnya, seorang pekerja pertanian di Michigan dinyatakan positif flu burung. Ini menjadi kasus pertama dari tiga kasus flu burung pada manusia di AS yang menunjukkan gejala pernapasan
Strain flu burung yang sangat patogen, dikenal sebagai H5N1, dapat berpindah antar spesies dan terkadang menyebabkan penyakit mematikan pada manusia, menimbulkan kekhawatiran bahwa virus tersebut dapat menjadi ancaman pandemi.
CDC mengatakan tidak ada indikasi penyebaran antar manusia, dan risiko bagi manusia tetap rendah.
Amerika Serikat telah meningkatkan pengawasan, karena Departemen Pertanian mengumumkan dana baru sebesar US$824 juta untuk memantau ternak. Lebih dari 40 orang telah diuji flu burung dan lebih dari 350 orang telah dipantau gejalanya, termasuk 220 orang di Michigan.
(spt)