Selanjutnya, BMI memperkirakan harga akan mencapai US$26.000/ton pada 2033 karena surplus pasar menyempit secara signifikan menjadi 24,5 kiloton (kt), yang memberikan tekanan sehingga harga mengalami peningkatan.
Pasar EV akan menjadi sumber permintaan nikel baru yang kuat seiring meningkatnya penggunaan nikel dalam baterai litium-ion. EV membutuhkan 39,9 kg nikel, meningkat signifikan dibandingkan dengan mobil konvensional yang sama sekali tidak membutuhkan komoditas primadona Indonesia tersebut, sehingga menghadirkan peningkatan permintaan nikel yang signifikan seiring dengan percepatan transisi energi hijau.
China daratan akan menjadi sumber permintaan utama dalam hal ini, khususnya karena produsen mulai menggunakan baterai dengan kandungan nikel yang lebih tinggi pada EV mereka.
“Kami memperkirakan tren ini akan mulai berlaku selama beberapa tahun mendatang karena konsumen lebih menyukai EV dengan kemampuan jarak tempuh yang lebih jauh sebelum pengisian ulang, menjadikan komposisi baterai berbasis nikel sebagai pilihan yang optimal bagi produsen kendaraan.”
Pertumbuhan di sektor baja nirkarat juga akan menjadi pertanda baik bagi harga dalam jangka panjang. Baja nirkarat memainkan peran penting dalam sektor konstruksi China daratan, yang menurut tim Infrastruktur akan tumbuh dalam jangka panjang.
Konsumsi nikel untuk konstruksi di China daratan telah meningkat secara signifikan selama 10 tahun terakhir, sebuah tren yang diperkirakan akan terus berlanjut.
Di luar China, pertumbuhan konstruksi di pasar negara berkembang juga akan tetap positif, yang akan membuat pasar tetap ketat dalam jangka pendek dan menengah.
Namun, proyeksi harga BMI bergantung pada risiko pada sisi positif maupun negatif. Di sisi positif, gangguan pasokan di lokasi utama di Indonesia dan China daratan berpotensi mendorong harga naik.
Selain itu, proses persetujuan merek nikel London Metal Exchange yang lebih ketat dapat melarang perdagangan nikel Indonesia dan China daratan yang tidak memenuhi persyaratan environmental, social and governance (ESG), sehingga mengurangi surplus pasar.
Pada saat yang sama, gangguan pasokan yang terus-menerus terjadi di Kaledonia Baru berpotensi menurunkan harga.
Sementara itu, sisi negatifnya, pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih lambat dari perkiraan pada 2024 dapat membuat harga tetap tinggi lebih lama. Selain itu, volume produksi yang lebih besar dari perkiraan dapat makin menekan harga.
Dalam jangka panjang, Indonesia menghadirkan sumber ketidakpastian terbesar bagi pasar nikel olahan. Pada akhirnya, kecepatan negara tersebut dalam meningkatkan kapasitas produksi nikel olahan akan menentukan seberapa baik pasokan pasar global dalam dekade mendatang.
Penundaan yang signifikan terhadap jadwal ambisius negara tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi logam nikel akan menciptakan kekurangan nikel global yang akan memaksa harga lebih tinggi dari yang diperkirakan.
(dov/wdh)