Logo Bloomberg Technoz

Lonjakan harga emas dipicu oleh perkembangan di Amerika Serikat (AS). Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics melaporkan data ketenagakerjaan periode Juni.

Bulan lalu, perekonomian Negeri Adidaya menciptakan 206.000 lapangan kerja  non-pertanian (non-farm payroll). Memang lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan di 190.000, tetapi lebih rendah ketimbang Mei yang direvisi dari 272.000 menjadi 218.000.

Angka non-farm payroll April juga direvisi ke bawah dari 165.000 menjadi 108.000. Sementara tingkat pengangguran Juni tercatat 4,1%, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4%, 

Perkembangan ini menunjukkan bahwa perekonomian Negeri Adikuasa mulai ‘mendingin’ akibat kebijakan moneter ketat, di mana suku bunga acuan saat ini berada di level tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Artinya, mungkin AS sudah butuh pelonggaran moneter untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya resesi.

Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September kini mencapai 72,5%. Naik dibandingkan kemarin yang sebesar 72,2%.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

(aji)

No more pages