Bulan lalu, perekonomian Negeri Adidaya menciptakan 206.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll). Memang lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan di 190.000, tetapi lebih rendah ketimbang Mei yang direvisi dari 272.000 menjadi 218.000.
Angka non-farm payroll April juga direvisi ke bawah dari 165.000 menjadi 108.000. Sementara tingkat pengangguran Juni tercatat 4,1%, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4%,
Perkembangan ini menunjukkan bahwa perekonomian Negeri Adikuasa mulai ‘mendingin’ akibat kebijakan moneter ketat, di mana suku bunga acuan saat ini berada di level tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Artinya, mungkin AS sudah butuh pelonggaran moneter untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya resesi.
Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September kini mencapai 72,5%. Naik dibandingkan kemarin yang sebesar 72,2%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas mantap menghuni zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 60,14. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, perlu diperhatikan indikator Stochastic RSI sudah berada di 92,69. Sudah di atas 80. yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, harga emas sepertinya akan mengalami koreksi. Harga sudah menembus pivot point di US$ 2.387/troy ons. Oleh karena itu, sepertinya target support US$ 2.378-2.375/toy ons sudah terkonfirmasi.
Apabila masih kuat menanjak, maka US$ 2.388/troy ons berpotensi menjadi target resisten terdekat. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik lagi ke rentang US$ 2.392-2.394/troy ons.
(aji)