Logo Bloomberg Technoz

Puncak Kemarau, BMKG Sebut Masih Ada Potensi Hujan Es

Dovana Hasiana
06 July 2024 20:45

Hujan Badai di Jakarta (Bloomberg Technoz)
Hujan Badai di Jakarta (Bloomberg Technoz)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena hujan lebat hingga hujan es, yang terjadi saat musim kemarau, disebabkan adanya awan cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat daya angkat atau konvektif yang cukup kuat di wilayah tersebut.

Sekadar catatan, cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es terjadi di wilayah Bedahan, Sawangan, Kota Depok pada Rabu (3/7/2024) lalu. 

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menjelaskan proses hujan diawali dengan kondensasi uap air teramat dingin melewati atmosfer di lapisan atas level beku. Es yang terbentuk umumnya memiliki ukuran besar. Pada saat kumpulan es yang besar di atmosfer turun ke area lebih rendah dan hangat, maka terjadi hujan. 

“Hanya saja, kadang tidak semua es akan mencair sempurna dan menjadikannya hujan es, di mana suhu puncak awan CB mencapai minus 80 derajat celcius,” ujar Andri dalam siaran pers, dikutip Sabtu (6/7/2024).

Sementara, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan puncak musim kemarau yang terjadi pada Juli—Agustus 2024 juga tidak serta-merta menandakan bahwa hujan tidak akan turun sama sekali.