Bloomberg Technoz, Jakarta - Animo pemodal asing terhadap aset rupiah di pasar saham maupun obligasi berhasil mendorong rupiah menguat menjauhi level Rp 15.000 dalam beberapa waktu terakhir.
Di samping itu kebijakan baru repatriasi dolar AS yang digelar oleh Bank Indonesia melalui lelang term deposit valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) dinilai turut menyokong keperkasaan mata uang Garuda belakangan.
Rupiah sempat mendekati level terkuat dalam dua bulan terakhir pada awal pekan ini di kisaran Rp 14.888/US$ pada Selasa lalu, sebelum akhirnya kini kembali melemah di rentang Rp 14.923/US$ pada pukul 14:40, Kamis (6/4/2023) jelang libur Paskah.
Rupiah yang kuat terdongkrak aliran modal asing yang terus membanjiri pasar keuangan. Pemodal asing tercatat melancarkan aksi beli bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan saham senilai lebih dari Rp 50 triliun sejak awal tahun.
Kepemilikan asing tercatat bertambah menjadi Rp 821,19 triliun per 5 April, mengindikasikan kenaikan sebesar Rp 870 miliar dalam sehari. Sejak 27 Maret-5 April, total pembelian SBN oleh asing mencapai Rp 17,1 triliun. Adapun di pasar saham, sejak awal tahun, pemodal asing masih mencatat beli bersih sebesar Rp 7,94 triliun.

“Selain karena dolar AS yang sedang melemah dan capital inflow terutama di SBN, penguatan rupiah belakangan ini juga karena mulai masuknya dolar dari lelang Devisa Hasil Ekspor,” kata Dwi Widodo, Ekonom Samuel Asset Management, Rabu malam (5/4/2023).
Dari hasil lelang 4 April, peserta lelang terlihat mulai menyasar deposito tenor 3 bulan dengan nilai penawaran masuk mencapai US$ 26,5 juta. Dalam lelang-lelang sebelumnya, kebanyakan penawaran hanya menyasar deposito 1 bulan. Total dolar AS yang bisa ditarik masuk ke dalam negeri melalui lelang TD Valas DHE sejak pertama diberlakukan 2 Maret lalu hingga terakhir hari ini 6 April telah mencapai US$ 364,3 juta atau setara Rp 5,44 triliun (asumsi kurs JISDOR BI Rp 14.943 per dolar AS).
Pada lelang hari ini, BI berhasil menarik sekitar US$ 12,75 juta dengan perincian sebesar US$ 11,25 juta di term deposit tenor 1 bulan dan US$ 1,5 juta di term deposit 3 bulan. Masing-masing tenor menawarkan imbal hasil antara 4,77%-4,87% (1 bulan) dan 4,97%-5,07% (3 bulan).

Animo yang mulai besar itu kemungkinan karena tawaran imbal hasil deposito yang semakin menarik. Terindikasi untuk deposito 1 bulan, BI menawarkan bunga 4,87%, naik dari tawaran pertama kali sebesar 4,64%. Lalu untuk tenor 3 bulan ditawarkan sebesar 5,09%, lebih tinggi dari sebelumnya 4,92%.
“Kenaikan tawaran bunga deposito itu sejalan dengan tren kenaikan di regional termasuk di Singapura di mana perbankan di sana terus menaikkan bunga deposito dolar kendati yield obligasi Amerika stabil,” kata Satria Sambijantoro, Kepala Ekonom Bahana Sekuritas.
(rui/evs)