Logo Bloomberg Technoz

Bila kesemua data-data itu sesuai ekspektasi pasar atau lebih rendah, maka sentimen pasar akan semakin bullish karena jalur penurunan bunga The Fed akan kian lebar di sisa tahun ini. Aset-aset emerging market termasuk rupiah dan surat utang RI bisa kembali diburu dan mengalirkan capital inflows lagi ke dalam negeri.

Selain itu, pemerintah juga masih mengantongi jadwal penerbitan global bond pada kuartal III dan kuartal IV yang potensial kembali menyumbang pasokan cadangan devisa yang positif bagi rupiah.

Rupiah siang ini bergerak di kisaran Rp16.309/US$, mencerminkan penguatan 0,26% sejauh ini bila dibanding posisi penutupan Juli lalu, menjadi valuta Asia dengan penguatan terbesar ketiga month-to-date, setelah baht Thailand dan rupee Sri Lanka.

Dana asing SRBI

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam pernyataannya pada konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur akhir bulan lalu menyatakan, nilai rupiah yang mencerminkan fundamental seharusnya ada di kisaran Rp15.900/US$. Dengan demikian, nilai saat ini sebenarnya masih undervalued sehingga diyakini ketika sentimen pasar global jangka pendek berkurang, rupiah akan kembali ke nilai wajarnya.

Terlebih, puncak permintaan valas di pasar domestik secara historis akan mereda setelah kuartal II-2024 berlalu. 

Hanya, tetap penting untuk mencermati fluktuasi jangka pendek seiring dengan agresivitas BI menerbitkan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) setahun terakhir.

Sampai lelang hari ini 5 Juli, nilai penerbitan SRBI telah mencapai Rp842,49 triliun. Mengasumsikan sekitar 27%-30% dipegang oleh investor asing, maka ada sekitar Rp227,47-Rp252,74 triliun hot money yang bisa sewaktu-waktu hengkang dari pasar atau ketika SRBI yang bertenor pendek tersebut jatuh tempo.

"Karena SRBI ini memiliki tenor pendek, akan terdapat gelombang jatuh tempo pada bulan-bulan mendatang yang dapat mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah akibat keluarnya dana asing dari SRBI. Atau, penerbitan SRBI yang lebih agresif untuk refinancing," kata Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro.

Tekanan volatilitas jangka pendek akibat hilir mudik hot money SRBI akan membebani rupiah terlebih bila pada saat yang sama, sentimen pasar global tengah memburuk. Ditambah isu utang Amerika dan negara-negara maju serta dinamika politik jelang Pemilu AS pada November nanti, rupiah masih menghadapi ancaman yang harus diwaspadai.

Ketika rupiah goyah lagi, cadangan devisa bisa dengan mudah kembali terkuras untuk menahan pelemahan. Sementara sumbangan pasokan valas dari kegiatan ekspor, melalui mandatori Devisa Hasil Ekspor sejauh ini masih stagnan di kisaran US$1,7 miliar. Begitu juga potensi pasokan valas dari kedatangan wisatawan asing yang sejauh ini masih belum kembali ke level prapandemi. 

Pada Mei lalu, kunjungan turis asing mencapai 1,1 juta kunjungan naik 20,1% dibanding tahun lalu namun masih di bawah masa prapandemi. Secara keseluruhan, kunjungan turis asing diprediksi hanya sebesar 15,7 juta kunjungan, menurut perkiraan Kantor Ekonom Bank Mandiri. Angka itu masih di bawah masa prapandemi di mana pada 2019 total kunjungan turis asing mencapai 16,11 juta meski dibanding tahun lalu mencatat kenaikan 34,5%.

(rui)

No more pages