Logo Bloomberg Technoz

Kenaikan cadev pada Mei mencapai US$2,78 miliar terutama didukung oleh penarikan utang valas baru pemerintah melalui penerbitan samurai bond senilai US$1,3 miliar di tengah pergerakan rupiah yang cenderung stabil pada periode yang sama. Selain itu, pada Mei lalu, kinerja ekspor RI juga tercatat positif dengan pertumbuhan 2,86% sehingga mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak dan jasa yang menyokong nilai cadangan devisa.

Belum lagi bila menghitung penjualan instrumen Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) di mana bank sentral makin agresif menawarkan bunga diskonto tinggi. Para pemodal asing ditengarai kian banyak menyerbu instrumen penampung hot money itu di tengah ketidakpastian pasar, beralih dari pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Bank Indonesia dalam berbagai pernyataan resmi selalu menyatakan, dalam upaya menstabilkan nilai rupiah, masih akan berpegang pada strategi intervensi langsung di tiga titik, yaitu intervensi di pasar spot valas, lalu intervensi di pasar domestik NDF dan di pasar SBN. Tindakan intervensi langsung itu memakai cadangan devisa.

BI masih meyakini intervensi langsung masih memadai dalam menjaga rupiah dan menempatkan opsi kenaikan BI rate sebagai langkah terakhir. BI juga memilih mengerek bunga SRBI untuk menjaga selisih imbal hasil tetap menarik bagi para pemodal asing kendati itu berdampak juga pada peningkatan keketatan likuiditas di pasar domestik.

Bunga SRBI saat ini disinyalir bertindak seperti bunga de facto ketimbang bunga acuan BI Rate. Sebagai gambaran, ketika bunga SRBI naik ke 7,526% pada lelang Rabu lalu, tingkat bunga di pasar uang antara bank juga meningkat pada saat yang sama. Tecermin dari tingkat bunga JIBOR Overnight atau disebut juga IndONIA yang menyentuh 6,183%, tertinggi sejak 14 Mei lalu. Kenaikan itu terjadi bahkan ketika BI rate tetap di 6,25%.

(rui)

No more pages