“Secara keseluruhan, Indonesia dan Filipina adalah dua negara yang paling bergantung pada batu bara di Asia Tenggara dan ketergantungan mereka pada batu bara tumbuh dengan cepat,” sebagaimana dikutip berdasarkan laporan Ember.
Pada 2023, Indonesia juga menjadi negara dengan pembangkit listrik berbasis batu bara terbesar kelima di dunia, menyalip Korea Selatan. Di antara 10 pasar batu bara teratas dunia, Indonesia mengalami peningkatan tercepat, naik dari posisi ke-11 pada 2015 ke posisi ke-5 hanya dalam 8 tahun.
Peningkatan ini termasuk melampaui Australia pada 2018, Jerman pada 2019, Rusia pada 2020, dan Afrika Selatan pada 2022.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih tertahan di zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 47,36. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun, perlu diperhatikan bahwa indikator Stochastic RSI berada di 6,52. Jauh di bawah 20, yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Dengan kenaikan harga yang sudah cukup tajam belakangan ini, harga batu bara pun berpeluang terkoreksi. Cermati pivot point di US$ 134/ton. Saat titik ini tertembus, maka target support pertama di US$ 131-127/ton akan terkonfirmasi.
Apabila harga batu bara masih kuat menanjak, maka US$ 142/ton berpotensi menjadi resisten baru. Jika jebol, maka US$ 145/ton bisa menjadi resisten lanjutan.
(aji)