Logo Bloomberg Technoz

Kebutuhan Investasi EBT di RI Diramal Tembus Rp901 T hingga 2030

Dovana Hasiana
05 July 2024 05:40

Pembangkit Listrik Tenaga Surya(PLTS) Terapung Cirata di Purwakarta, Kamis (9/11/2023). (Rosa Panggabean/Bloomberg)
Pembangkit Listrik Tenaga Surya(PLTS) Terapung Cirata di Purwakarta, Kamis (9/11/2023). (Rosa Panggabean/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan kebutuhan investasi untuk mengembangkan pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan (EBT) mencapai US$55,18 miliar (atau setara Rp901,2 triliun asumsi kurs saat ini) hingga 2030.

Dengan demikian, investasi menjadi salah satu tantangan untuk mencapai target bauran EBT yang sebelumnya dicanangkan 23% pada 2025.

“Kalau banyak pertanyaan kenapa 23% belum tercapai? jawabannya karena investasinya tidak ada,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi dalam agenda Green Economy Expo, Kamis (4/7/2024).

Salah satu pembangkit PLTA di Vietnam saat isu krisis listrik di wilayah utara Vietnam. (dok Bloomberg)

Dalam paparannya, Eniya mengelaborasikan kebutuhan investasi dari berbagai pembangkit listrik berbasis EBT dalam target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga 2030, di antaranya adalah: 

1) Pembangkit listrik tenaga (PLT) Air 

  • Target penambahan kapasitas sampai dengan 2030: 10,4 gigawatt (GW)
  • Total penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK): 46,46 juta ton setara karbon dioksida atau CO2e
  • Membutuhkan investasi: US$25,63 miliar (atau setara Rp418,6 triliun asumsi kurs saat ini)