Logo Bloomberg Technoz

Ramalan Rupiah Semester II: Bisa Menguat ke Rp15.750/US$

Tim Riset Bloomberg Technoz
04 July 2024 13:15

Rupiah tengah menguat melawan dollar Amerika Serikat (16/1) seiring spekulasi The Fed akan berhenti menaikkan bunga hingga otot dollar melemah (Bloomberg)
Rupiah tengah menguat melawan dollar Amerika Serikat (16/1) seiring spekulasi The Fed akan berhenti menaikkan bunga hingga otot dollar melemah (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah telah mencatat kinerja buruk selama enam bulan pertama tahun ini akibat kedigdayaan dolar Amerika Serikat (AS) yang melibas semua mata uang lawannya di seluruh dunia.

Memasuki semester kedua tahun ini, rupiah berpeluang mencetak kinerja lebih baik terdorong peningkatan prospek penurunan bunga acuan Federal Reserve (The Fed) karena perekonomian Negeri Paman Sam itu dinilai memperlihatkan gejala resesi yang makin kuat dengan pelemahan aktivitas nonmanufaktur pada Juni. 

Namun, tren penurunan pendapatan negara akibat perekonomian domestik yang makin melemah, membayangi kekuatan fiskal ketika tren defisit APBN sudah mulai terjadi pada Mei. Kekhawatiran terkait prospek fiskal bisa kembali bergelora ketika nanti pemerintahan baru resmi dilantik pada Oktober. Hal itu bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

Rupiah telah kehilangan nilai sekitar 6,08% point-to-point selama semester 1-2024. Kinerja tersebut menjadi salah satu yang terburuk di Asia. Tekanan yang dialami oleh rupiah terutama adalah karena sentimen pasar global yang bergejolak dan tidak berpihak pada aset-aset di emerging market. Ketidakpastian arah bunga The Fed membuat dolar AS menjadi incaran global dan menjatuhkan mata uang lawannya. 

Rupiah juga sempat disudutkan oleh sentimen domestik yang memburuk terkait prospek kebijakan fiskal pemerintahan baru hasil Pemilu 2024, sampai-sampai melempar nilainya ke level terlemah sejak awal April 2020 dan bertahan di kisaran Rp16.300-an sampai hari ini.

Nilai rupiah merosot hingga lebih dari 6% selama Semester 1-2024 (Bloomberg)