Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) naik 0,91% dan di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) melonjak 1,04%. Adapun harga minyak biji bunga matahari dan rapeseed bertambah masing-masing 0,3% dan 1,43%.
Saat harga minyak nabati pesaing makin mahal, maka keuntungan menggunakan CPO akan meningkat. Semestinya ini menjadi sentimen positif yang mengangkat harga CPO.
Kedua, permintaan di India naik. India adalah konsumen CPO terbesar di dunia, sehingga perkembangan di sana akan sangat menentukan pembentukan harga.
Impor CPO India pada Juni naik 3% dibandingkan bulan sebelumnya dan menyentuh level tertinggi dalam 6 bulan. Kenaikan ini disebabkan oleh persiapan perayaan hari besar keagamaan, yang bisanya mendongkrak permintaan CPO. Saat permintaan di India naik, biasanya harga CPO ikut terungkit.
Ketiga, ekspor CPO Malaysia diperkirakan tumbuh, yang mencerminkan peningkatan permintaan. Societe Generale de Surveillance (SGS) memperkirakan ekspor CPO Malaysia periode Juni sebesar 1,2 juta ton. Naik 3,45% dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Namun, faktor-faktor tersebut tertutup oleh hasrat profit taking. Alhasil, harga CPO terpaksa finis di zona merah.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO tenang di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 63,23. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, perlu diwaspadai bahwa indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 100. Sudah paling tinggi, yang artinya sangat jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, sepertinya fase konsolidasi harga CPO belum paripurna. Target support terdekat ada di MYR 4.064/ton. Jika tertembus, maka MYR 4.038/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Cermati pivot point di MYR 3.981/ton karena ini bisa menjadi target support terjauh.
Adapun target resisten terdekat adalah MYR 4.120/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga CPO naik ke arah MYR 4.145/ton.
(aji)