Logo Bloomberg Technoz

“Kalau kita sih harapannya ke Rp15.900/US$, tapi kan trennya harus lihat dulu apa menurun atau enggak arahan kita ke BI agar rupiah menguat dengan instrumen yang dimiliki BI,” tutur Dolfie.

Atas hal tersebut, Doflie membeberkan bahwa pihaknya meminta implementasi Devisa Hasil Ekspor (DHE) untuk diperluas agar tidak mencakup sektor Sumber Daya Alam (SDA) saja.

“Kami minta diperluas supaya semua sektor, jangan hanya SDA. Semua sektorlah yang punya nilai DHE tinggi, dijangkau,” tutup Dolfie.

Sebagai informasi, mantan Gubernur BI periode 1993-1998 Soedrajad Djiwandono mengungkapkan rupiah dapat tembus Rp17.000/US$ jika Federal Reserve, bank sentral Amerika, tiba-tiba menaikan suku bunga acuan lagi.

"Kalau The Fed menaikan suku bunga itu yang paling berbahaya. Hanya kalau AS naikkan suku bunga, maka kita bisa depresiasi sampai Rp17.000/US$. Tapi kalau enggak naikin, enggak akan sampai Rp17.000/US$," ujar Soedrajad dalam Mid Year Banking and Economic Outlook Infobank di Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Menurutnya, dolar AS secara fundamental terbilang sangat kuat. Pasalnya, tanpa kebijakan moneter berupa kenaikan Fed Fund Rate saja, dolar AS memiliki performa yang baik.

Lebih lanjut, ia menyoroti belum dipangkasnya Fed Fund Rate hingga menggeser ekspektasi pasar atas penurunan suku bunga The Fed itu. Bahkan, setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan suku bunga acuannya, The Fed masih belum juga memangkas suku bunga acuan.

“Tahu-tahu The Fed naikkan suku bunga, itu sudah ditakutin, ya. Menurut saya, diem aja dolar kuat, kok,” tutur Soedrajad.

(azr/ros)

No more pages