Bloomberg Technoz, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menjelaskan upaya berkomunikasi dengan LG Energy Solution untuk berinvestasi dalam ekosistem baterai untuk kendaraan atau electric vehicle (EV) di Indonesia dilakukan pada masa pandemi Covid-19.
Bahlil menyebut pembicaraan menjadi lebih sulit. Bahkan, salah satu staf dari Bahlil juga tertular Covid-19 yang menyebabkan komunikasi dengan LG tidak bisa dilakukan secara tatap muka, meskipun rombongan kementerian sudah terbang ke Korea Selatan.
“Pada 2020, kami ditugaskan Bapak [Presiden Joko Widodo] di era Covid-19 untuk komunikasi dengan LG. Itu cobaan yang sangat luar biasa. Tiba di Korea, kami tidak bisa tatap muka karena ada anggota kami yang kena Covid-19,” ujar Bahlil dalam agenda Peresmian Ekosistem Baterai dan Kendaraan Listrik Korea Selatan di Indonesia yang disiarkan secara virtual, Rabu (3/7/2024).
Usai pertemuan tersebut, staf dari Bahlil juga tetap harus tinggal di Korea Selatan dan mengikuti karantina selama 2 minggu.
Namun, setelah proses tersebut, akhirnya peletakan batu pertama atau groundbreaking dari pabrik sel baterai milik konsorsium LG dengan Hyundai Motor Group bernama PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power pada 2021. Pabrik itu pun diresmikan oleh Jokowi hari ini, Rabu (3/7/2024).
Presiden Joko Widodo mengatakan pabrik dan ekosistem baterai untuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dari HLI Green Power dengan nilai investasi Rp160 triliun.
Sejalan dengan itu, Kepala Negara juga meresmikan pabrik EV milik Hyundai dengan nilai investasi Rp20 triliun.
“Saya sangat menghargai grand package ekosistem baterai listrik yang terintegrasi, yaitu konsorsium antara Hyundai dan LG dengan investasi sebesar Rp160 triliun, yang akan diselesaikan secara bertahap,” ujar Jokowi.
Bahlil menjelaskan total investasi ekosistem baterai EV terintegrasi Hyundai dan LG mencapai US$9,8 miliar atau Rp142 triliun, angka ini belum termasuk pabrik EV milik Hyundai.
Investasi tersebut berupa pertambangan senilai US$850 juta, pengolahan/pemurnian senilai US$4 miliar, prekursor/katoda senilai US$1,8 miliar, dan sel baterai US$3,2 miliar.
Sementara, realisasi investasi ekosistem baterai dan EV mencapai US$4,46 miliar atau Rp71,36 triliun, yakni investasi pabrik sel baterai 30 GWH dengan total investasi US$3,2 miliar, investasi battery pack Hyundai Energy Indonesia dengan nilai investasi US$42,12 juta, dan pabrik EV Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dengan nilai investasi US$1,22 miliar.
(dov/ain)