Logo Bloomberg Technoz

Sektoral saham perindustrian, saham transportasi, dan saham energi jadi yang tertinggi penguatannya hari ini, melesat dengan kenaikan 2,07%, 1,61%, dan 1,48% secara masing-masing. Disusul oleh barang baku yang terbang 1,49% dan energi menguat 1,15%.

Sementara hanya ada dua sektor yang melemah. Saham teknologi, dan saham kesehatan melemah 0,06% dan 0,05%.

Saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) yang melesat 34,5%, PT PP Presisi Tbk (PPRE) melonjak 25,4%, dan PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) melejit 16,7%

Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) yang jatuh 12,5%, PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) ambruk 9,94%, dan PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) anjlok 9,68%.

Pada Rabu sore hari, Index PSEI (Filipina), dan Straits Time (Singapura) memimpin penguatan dengan melesat 1,43% dan 1,41%.

Disusul oleh TW Weighted Index (Taiwan), Nikkei 225 (Tokyo), Hang Seng (Hong Kong), KLCI (Malaysia), dan juga IHSG (Indonesia) yang masing-masing berhasil menguat 1,28%, 1,26%, 1,18%, 1,09%, dan 1,01%.

Bursa Saham Asia lainnya juga kompak menapaki jalur hijau, i.a SENSEX (India), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), Topix (Jepang), KOSPI (Korea Selatan), dan SETI (Thailand) yang menguat 0,56%, 0,56%, 0,54%, 0,47%, dan 0,39%.

Sementara, Shenzhen Comp. (China), Shanghai Composite (China), dan CSI 300 (China), terjebak di zona merah, melemah 0,78%, 0,49%, dam 0,24%.

Cerahnya IHSG dan Bursa Saham Asia tidak lepas dari euforia di New York. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 0,41%, S&P 500 bertambah 0,62%, dan Nasdaq Composite menguat tinggi mencapai 0,84%. Tersengat efek dari para trader dan investor yang dinilai menerima dengan cermat pesan terbaru dari sejumlah pejabat tinggi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Mencermati sentimennya, prospek dimulainya masa pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve kian terbuka lebar, setelah Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan sinyal positif bahwa AS tepat kembali ke jalur disinflasi.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, dari sisi ekonomi, data terbaru semalam menunjukkan lowongan pekerjaan melonjak secara tidak terduga, mengganggu tren yang menggarisbawahi perlambatan tenaga kerja yang dilihat sebagai kunci untuk pelonggaran kebijakan The Fed.

Powell menyatakan telah terjadi langkah "Substansial" menuju keseimbangan yang lebih baik antara persediaan dan permintaan jumlah tenaga kerja. Dia menggambarkan pasar tenaga kerja relatif kuat, tetapi mengatakan kondisinya mulai mereda.

"Karena Ekonomi AS kuat dan pasar tenaga kerja relatif kuat, kami memiliki kemampuan untuk meluangkan waktu dan melakukan hal ini dengan benar," kata Powell dalam sebuah panel di Forum Bank Sentral Eropa tentang Perbankan Sentral di Sintra, Portugal. "Dan itulah yang kami rencanakan untuk dilakukan."

Bagi Krishna Guha di Evercore, komentar Powell sangat optimis tentang kemajuan inflasi –dan juga secara bertahap berhati-hati terhadap keseimbangan risiko dan lapangan kerja.

Data sebelumnya juga menjadi ketertarikan The Fed, yaitu angka penjualan rumah melambat, tunggakan kredit meningkat, dan Belanja Konsumen berkurang. Mencerminkan kebijakan The Fed yang ketat mulai berdampak.

Beberapa pejabat tinggi The Fed juga telah mulai mengangkat pasar tenaga kerja sebagai titik perhatian. Gubernur The Fed San Francisco Mary Daly mengatakan, pasar kerja mendekati titik perubahan, di mana perlambatan lebih lanjut dapat menyebabkan pengangguran yang lebih tinggi.

Nada Dovish juga diutarakan oleh Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee, dia mengatakan pembuat kebijakan harus memangkas suku bunga acuan jika inflasi AS terus melambat, dan kembali ke target 2%.

Gubernur The Fed Chicago tersebut, berbicara pada Selasa di Bloomberg TV di Sintra, Portugal, mengatakan dia merasa "Kita berada di jalur menuju inflasi 2%" dan "Jika Anda mempertahankan suku bunga di tempatnya sementara inflasi melambat, Anda sedang melakukan pengetatan –Jadi Anda harus melakukan itu berdasarkan keputusan, bukan karena keterpaksaan."

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, mulai melambatnya laju inflasi menuju target inflasi 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve serta munculnya sejumlah indikasi perlambatan aktivitas ekonomi telah memberikan investor harapan bahwa Federal Reserve mungkin akan merubah arah kebijakan moneternya.

(fad)

No more pages