Penguatan rupiah hari ini banyak diuntungkan oleh sentimen dovish dari pejabat Federal Reserve (The Fed) yang meyakini jalur disinflasi sudah berjalan. Data rekrutmen tenaga kerja sektor swasta yang baru dirilis juga hanya mencatat angka kecil menaikkan ekspektasi penurunan bunga acuan hingga dua kali tahun ini.
Rupiah terlihat mengabaikan sentimen politik AS maupun Uni Eropa, terutama di Prancis, menyusul perkembangan kontestasi pemilihan presiden dan partai pemenang pemilu.
Terlihat dari pembukaan pasar Eropa di mana rupiah forward dibuka menguat ke kisaran Rp16.363/US$ untuk NDF-1W. Sedangkan NDF-1M bergerak kuat juga di Rp16.373/US$.
PHK makin banyak
Rupiah juga mengabaikan rilis data dari perekonomian dalam negeri yang memperlihatkan gejala pelemahan lebih kuat.
Data terbaru ketenagakerjaan yang dilansir hari ini mencatat, jumlah pekerja terkena PHK pada Mei lalu mencapai 8.393 orang, menjadikan total PHK menembus 27.222 orang hanya dalam lima bulan pertama tahun ini. Alhasil total PHK selama Januari-Mei tahun ini, telah meningkat 48,5% dibanding Januari-Mei tahun lalu.
Sementara bila memerinci angka bulanan, jumlah PHK pada Mei itu melonjak hingga 30,4% dibanding April. Lajunya memang sedikit turun dibanding angka April yang mencatat lonjakan hingga 37%. Namun, apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka kenaikannya mencapai 165% karena pada Mei 2023 jumlah PHK 'hanya' sebanyak 3.156 orang.
Kenaikan angka PHK itu menambahi daftar panjang indikator buruk perekonomian. Sebelumnya, S&P Global mencatat, aktivitas manufaktur RI yang diukur dengan PMI [Purchasing Manager's Index] pada Juni turun ke 50,7. Masih di zona ekspansi akan tetapi angka itu menjadi yang terendah sejak Mei 2023.
(rui)