Selain itu, Luhut memproyeksikan produksi BEV di Indonesia juga bakal mengurangi impor BBM hingga 45 juta liter/tahun dan mengurangi emisi CO2 sekitar 160.000 ton/tahun.
Luhut juga menggarisbawahi penggunaan baterai yang diproduksi dalam negeri bisa meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) KBLBB.
Hal itu sebagaimana tercermin melalui Kona Electric yang diproduksi di Indonesia dan menggunakan baterai yang diproduksi dalam negeri. Adapun, baterai tersebut merupakan produksi pabrik sel baterai hasil kerja sama antara Hyundai dengan LG Energy Solution yang membentuk konsorsium PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power.
“Penggunaan baterai LG produksi dalam negeri pada Kona Electric [meningkatkan] nilai TKDN KBLBB yang awalnya 40% naik jauh lebih tinggi menjadi 80%,” ujarnya.
Sekadar catatan, pabrik dan ekosistem baterai untuk EV besutan Hyundai Motor Company dan LG Energy Solution, yang tergabung dalam konsorsium HLI Green Power dengan nilai investasi Rp160 triliun, telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada hari ini, Rabu (3/7/2024).
Sejalan dengan itu, Kepala Negara juga meresmikan pabrik EV milik Hyundai dengan nilai investasi Rp20 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan total investasi ekosistem baterai EV terintegrasi Hyundai dan LG mencapai US$9,8 miliar atau Rp142 triliun, angka ini belum termasuk pabrik EV milik Hyundai.
Investasi tersebut berupa pertambangan senilai US$850 juta, pengolahan/pemurnian senilai US$4 miliar, prekursor/katoda senilai US$1,8 miliar, dan sel baterai US$3,2 miliar.
Sementara itu, realisasi investasi ekosistem baterai dan EV mencapai US$4,46 miliar atau Rp71,36 triliun, yakni investasi pabrik sel baterai 30 GWH dengan total investasi US$3,2 miliar, investasi battery pack Hyundai Energy Indonesia dengan nilai investasi US$42,12 juta, dan pabrik EV Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dengan nilai investasi US$1,22 miliar.
“Kami tanya apakah di dunia sudah ada belum membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu, dari tambang sampai mobil. Ternyata belum ada dan kita Indonesia yang pertama,” ujar Bahlil.
(dov/wdh)