1. Prajogo Pangestu
Sampai dengan data terbaru, Prajogo Pangestu berhasil menduduki posisi teratas dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Ia juga berhasil meraih peringkat ke-55 sebagai orang terkaya di dunia.
Prajogo Pangestu merupakan pemilik grup Barito Pacific, yang merupakan Perusahaan petrokimia dan energi panas bumi salah satu yang terbesar di Indonesia. Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini juga menguasai pembangkit tenaga listrik terkemuka.
Berdasarkan data Bloomberg, kekayaannya juga berasal dari grup yang mencakup Perusahaan ternama lainnya seperti Chandra Asri Petrochemical, dan Barito Renewables Energy.
Prajogo Pangestu menggenggam 70,79% saham BRPT secara langsung. Beliau juga memiliki 5,06% saham Chandra Asri Petrochemical, yang tercatat langsung atas namanya.
Selain itu, Prajogo menguasai 85,08% saham Petrindo Jaya Kreasi yang berjaya usai melangsungkan aksi Initial Public Offering pada Maret 2023 lalu. Ia juga menguasai Barito Renewables Energy (Saham BREN) yang listing pada 9 Oktober kemarin.
Prajogo Pangestu saat ini memiliki jumlah kekayaan mencapai US$31,3 miliar (Rp513,12 triliun).
Sejalan dengan keberhasilan bertengger di nomor 1 orang terkaya, harta Prajogo Pangestu sejak awal tahun bertambah US$269,6 juta (Rp4,41 triliun).
2. Low Tuck Kwong
Low Tuck Kwong merupakan pemilik salah satu perusahaan batu bara yang terbesar di Indonesia, yaitu Bayan Resources (BYAN).
Ia menempati peringkat ke-78 orang terkaya di seluruh dunia, meskipun kekayaannya menguap US$4,3 miliar (Rp70,51 triliun), yang sama dengan kehilangan 15,3% point-to-point menjadi ada di angka kekayaan US$23,8 miliar (Rp390,28 triliun).
Berdasarkan data Bloomberg, sumber kekayaan Low Tuck Kwong sejatinya juga berasal dari perusahaan yang bergerak di bidang Energi Baru Terbarukan yang berpusat di Singapura, Metis Energy yang sebelumnya lebih dikenal dengan sebutan Manhattan Resources. Menyusul juga dari Samindo Resources (MYOH).
Melalui berbagai Perusahaan, Low Tuck Kwong menggenggam penuh 62,13% saham Bayan Resources (BYAN). Kekayaannya juga berasal dari Perusahaan penyedia jasa penambangan, Samindo Resources (MYOH) dengan jumlah kepemilikan saham mencapai 14,18% atas namanya langsung.
3. Budi Hartono
Budi Hartono berada di peringkat ke-3 orang terkaya di Indonesia, sekaligus menjadi orang terkaya ke-84 di dunia. Dengan jumlah kekayaannya yang mencapai US$22,4 miliar (Rp367,32 triliun).
Kekayaan Budi Hartono berasal dari kepemilikannya di Grup Djarum, yang juga berasal dari bisnis yang dikendalikannya lewat perusahaan induk Dwimuria Investama Andalan.
Melalui perusahaan induk tersebut, Berdasarkan data Bloomberg, Budi Hartono mengantongi 29% saham Bank Central Asia (BBCA). Kekayaannya juga berasal dari operator menara telekomunikasi Sarana Menara Nusantara (TOWR) melalui Sapta Adhikari Investama.
Budi Hartono juga menggenggam 38% saham Global Digital Niaga (BELI), sebuah perusahaan dari e-commerce Blibli.
Adapun aset kekayaan Budi Hartono saat ini ditempatkan kepada sejumlah saham, yaitu saham BBCA mencapai US$21,9 miliar (Rp359,12 triliun), saham BELI senilai US$1,3 miliar (Rp21,31 triliun), dan juga pada saham TOWR sejumlah US$688,5 juta (Rp11,29 triliun).
Sejak awal tahun kekayaan Budi Hartono tergerus hingga 2,4% atau mengalami penurunan nilai mencapai US$560,7 juta (Rp9,19 triliun).
4. Michael Hartono
Pada posisi orang terkaya ke-4 di Indonesia diduduki oleh saudara Budi, yaitu Michael Hartono yang juga pemilik Grup Djarum. Kekayaannya menyentuh US$21,5 miliar (Rp352,47 triliun) menempatkan Michael Hartono di urutan 90 orang terkaya di dunia versi Bloomberg Billionaires Index.
Bersama dengan saudaranya, kekayaan Michael Hartono juga berasal dari bisnis yang dikendalikan melalui perusahaan induk di Indonesia melalui Dwimuria Investama Andalan.
Melalui perusahaan induk, Michael Hartono menggenggam 28% saham Bank BCA, yang merupakan bank swasta terbesar di Indonesia dengan nilai total aset mencapai Rp1.444 triliun. Selain itu, Michael juga merupakan pemilik atas operator menara telekomunikasi TOWR melalui Sapta Adhikari Investama, dengan mempunyai 29% saham.
Adapun sejak awal tahun, harta Michael Hartono menguap US$333,8 juta (Rp5,47 triliun) atau goyah 1,5% menjadi US$21,5 miliar (Rp352,47 triliun).
Walaupun terjadi penurunan jumlah harta kekayaan hingga triliunan, kekayaan Michael Hartono masih cukup solid dan unggul dari jumlah harta kekayaan Anthoni Salim, dan juga Sri Prakash Lohia.
5. Anthoni Salim
Pemilik Grup Indofood, Anthoni Salim bertengger pada urutan ke-5 orang terkaya di Indonesia, dan merupakan pemilik urutan 171 orang terkaya di dunia.
Kekayaannya mencapai sebesar US$12,6 miliar (Rp206,56 triliun). Adapun dalam tahun berjalan nilai kekayaannya bertambah US$2,6 miliar (Rp42,62 triliun) atau setara kenaikan 26,3% ytd.
Grup Indofood merupakan perusahaan pembuat mie instan terbesar di Indonesia. Anthoni Salim juga memiliki saham di First Pacific, Gallant Venture, Bank Ina, dan jaringan bisnis ritel pada Indoritel Makmur.
Mayoritas kekayaan Anthoni Salim berasal dari kepemilikannya di Amman Mineral Internasional (AMMN) Perusahaan pertambangan tembaga dan emas terkemuka di dunia, yang dipegangnya melalui Sumber Gemilang dan Pesona Sukses.
Adapun Anthoni Salim memegang 24% saham Sumber Gemilang Persada, yang juga memegang 32% saham Amman. Dia juga memiliki 100% saham Persona Sukses, yang memegang 6,5% saham Amman.
Mencermati lebih lanjut, jumlah kekayaan Anthoni Salim yang meningkat amat cepat tersebut merupakan efek dari kenaikan harga saham AMMN yang menghasilkan peningkatan valuasi sekitar US$4 miliar.
6. Sri Prakash Lohia
Sepanjang tahun berjalan sampai dengan 2 Juli 2024, harta pemilik perusahaan grup Indorama ini bertumbuh US$958,1 juta (Rp15,71 triliun), meningkat 12,9% menjadi US$8,4 miliar atau setara dengan Rp137,75 triliun.
Dengan harta sebesar itu, Sri Prakash Lohia menempati urutan ke-310 orang terkaya di dunia, dan ke-6 di Indonesia.
Grup Indorama, merupakan sebuah perusahaan induk yang berbasis di Singapura, yang memiliki bisnis pada tekstil, polyester, sarung tangan medis dan benang, juga bahan kimia industri, meliputi pupuk. Grup Indorama telah berhasil mengoperasikan manufaktur di sekitar 35 negara.
Sri Prakash Lohia mempunyai 32% saham dari Indorama Ventures yang berkedudukan di Bangkok, melalui perusahaan induk, menurut laman resmi Perusahaan. Ia juga memiliki 25% Perusahaan polyester Indorama Synthetics, menurut data pada Februari 2024.
(fad/roy)