Selain itu, kebijakan Departemen Energi AS yang menyatakan negara tersebut butuh waktu beberapa tahun untuk mengisi ulang cadangan minyak strategisnya.
"Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran pasar tentang potensi oversupply,terutama terkait rencana AS untuk kembali melepas 26 juta barel minyak dari SPR," kata Agung.
IEA juga melaporkan pasokan minyak mentah dunia mengalami lonjakan sebesar 830 ribu BPOD pada Februari 2023, menjadi 101,5 juta barel per hari. Pertumbuhan pasokan minyak mentah negara-negara Non OPEC pun diprediksi akan mencapai 1,6 juta barel per hari tahun ini.
Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan ICP dipengaruhi kekhawatiran pasar atas pemulihan permintaan minyak China. Pemerintah China sendiri memang dikabatkan telah menetapkan target GDP yang moderat atau lebih rendah dari perkiraan para ekonom.
"Penurunan konsumsi produk gasoline hingga 7.51% dan produk gasoil hingga 0,34% di China mengakibatkan penurunan harga jual produk minyak bumi di China," kata Agung.
Data perbandingan ICP Februari dan Maret 2023:
- Dated Brent menjadi US$ 78,56, atau turun US$ 3,93 per barel dari US$ 82,49 per barel.
- WTI (Nymex) turun sebesar US$ 3,49 dari US$ 76,86 menjadi US$ 73,37 per barel.
- Brent (ICE) menjadi US$ 79,21 per barel, atau turun sebesar US$ 4,33 dari USD83,54 per barel.
- Basket OPEC turun sebesar US$3,42, dari US$ 81,88 menjadi US$ 78,46 per barel.
(frg/roy)