Dengan diresmikannya ekosistem tersebut, maka Indonesia bakal menjadi pemain yang penting dalam rantai pasok global untuk EV.
“Ini saya harus menyampaikan apa adanya ini berkat visi dan keberanian dari Chairman [Hyundai Motor Group] Chung, yang dalam kondisi Covid-19, berani memutuskan dan mengeksekusi untuk memulai proyek besar ini,” ujar Jokowi.
Sekadar catatan, pabrik dan ekosistem baterai untuk EV besutan Hyundai Motor Company dan LG Energy Solution, yang tergabung dalam konsorsium HLI Green Power, memiliki nilai investasi Rp160 triliun.
Sejalan dengan itu, Kepala Negara juga meresmikan pabrik EV milik Hyundai dengan nilai investasi Rp20 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan total investasi ekosistem baterai EV terintegrasi Hyundai dan LG mencapai US$9,8 miliar atau Rp142 triliun, angka ini belum termasuk pabrik EV milik Hyundai.
Investasi tersebut berupa pertambangan senilai US$850 juta, pengolahan/pemurnian senilai US$4 miliar, prekursor/katoda senilai US$1,8 miliar, dan sel baterai US$3,2 miliar.
Sementara, realisasi investasi ekosistem baterai dan EV mencapai US$4,46 miliar atau Rp71,36 triliun, yakni investasi pabrik sel baterai 30 GWH dengan total investasi US$3,2 miliar, investasi battery pack Hyundai Energy Indonesia dengan nilai investasi US$42,12 juta, dan pabrik EV Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dengan nilai investasi US$1,22 miliar.
“Kami tanya apakah di dunia sudah ada belum membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu, dari tambang sampai mobil. Ternyata belum ada dan kita Indonesia yang pertama,” ujar Bahlil.
(dov/wdh)