Meskipun insiden yang melibatkan kapal penangkap ikan dari kedua belah pihak sering terjadi, insiden terbaru ini muncul saat Beijing meningkatkan tekanan terhadap Presiden Taiwan Lai Ching-te. China melihat Lai mendorong kemerdekaan untuk pulau yang didukung AS itu, yang telah dijanjikan China utuk dikendalikan suatu hari nanti, bahkan jika perlu dengan kekerasan.
China baru saja menggelar latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan hanya beberapa hari setelah Lai menjabat pada bulan Mei.
Para pejabat di Taipei dalam beberapa hari terakhir juga menyatakan keprihatinan bahwa China akan menahan lebih banyak orang dari Taiwan untuk menekan Lai. Pekan lalu, Taiwan menaikkan peringatan perjalanan ke China hingga level tertinggi kedua, didorong oleh keputusan Beijing untuk memperluas undang-undang yang mengancam "separatis" dari pulau itu dengan hukuman mati.
Menambah situasi yang tegang, Taiwan menguasai banyak pulau kecil seperti Kinmen yang hanya berjarak beberapa kilometer dari China dan merupakan daerah penangkapan ikan yang kaya. Hal ini dapat dengan mudah membuat penjaga pantai kedua pihak bersinggungan.
Awal tahun ini, sebuah speedboat terdaftar di China yang membawa empat orang terbalik di dekat Kinmen saat dikejar, setelah menolak pemeriksaan oleh otoritas Taiwan. Dua nelayan China diselamatkan sementara dua lainnya meninggal dunia.
Taiwan menyatakan penyesalan atas "insiden yang tidak menguntungkan" tetapi mengatakan Penjaga Pantai mereka bertindak secara sah dan wajar. China mengutuk kematian tersebut, dengan mengatakan kejadian itu merusak niat baik antara orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan.
Pada bulan Maret, China menahan dua pria yang kapalnya tersesat dalam kabut di perairan dekat Kinmen. Salah satu pria telah dibebaskan tetapi yang lainnya masih dalam tahanan China.
Saat itu, dia adalah anggota aktif angkatan bersenjata Taiwan. Keluarganya kemudian berhasil mendapatkan pembebasannya dari dinas militer, sebuah langkah yang mungkin bertujuan untuk memfasilitasi pembebasannya.
(bbn)
